Suatu Siang Bersama Pak Agus di Grahatama Pustaka Yogyakarta

Penulis bersama pak Agus Tirto (2017)



Oleh: Jumardi Putra*

Di sela aktifitas kantor hari ini (Kamis, 9 Oktober 2025), Facebook mengingatkan peristiwa delapan tahun yang lalu (2017) yaitu awal perjumpaan saya dengan pak Agus Tirto, seorang pustakawan koleksi langka dan manuskrip di Gedung Grahatama Pustaka Yogyakarta.

Kendati perjumpaan tersebut tidak direncanakan, saya merasa senang bertemu dengan pria berambut putih seluruh itu. Ia sudah bekerja hampir 17 tahun di Dinas Perpustakaan Daerah Provinsi Yogyakarta. Artinya, jauh sebelum kini ia ditugaskan bekerja di gedung baru Grahatama Pustaka. Gedung ini boleh dikata menambah deretan destinasi edukatif bagi pelajar atau mahasiswa dan peneliti dari pelbagai daerah di tanah air.

Grahatama Pusataka Yogyakarta merupakan perpustakaan umum yang sangat besar, modern, dan memiliki desain arsitektur yang memadukan unsur modern dan tradisional Jawa. Penamaan "Grahatama Pustaka" memiliki filosofi mendalam yaitu Graha berarti rumah atau tempat, Tama berarti utama atau terbaik, dan Pustaka berarti buku atau pengetahuan. Pendeknya, nama ini diterjemahkan sebagai "Rumah Pengetahuan Utama".

Gedung Grahatama memiliki 3 lantai utama dengan berbagai layanan menarik, dan yang paling menarik adalah terbuka untuk umum alias gratis. Pada lantai 1 terdapat layanan koleksi buku kanak-kanak, ruang bermain anak, ruang dongeng, dan pemutaran film di Bioskop/Cinema 6D. Sedangkan lantai 2 khusus untuk layanan keanggotaan, layanan informasi & customer service, koleksi umum, koleksi feferensi, dan koleksi Braile (untuk penyandang disabilitas). Nah, bagi pecinta naskah kuno atau manuskrip langka, terdapat pada lantai 3, bersamaan dengan layanan koleksi digital, koleksi skripsi, majalah & koran, dan ruang audio visual untuk pemutaran film.

Nah, saat menyusuri pelbagai naskah langka di lantai 3 saya berjumpa dengan pak Agus Tirto. Ia mengakui bertugas mengurusi naskah langka yang tersimpan di Grahatama Pustaka Yogyakarta. Menurutnya terdapat lebih dari 22 ribu naskah langka berupa naskah kuno, atlas, rijksblad (peraturan kerajaan/Kadipaten Pakualaman), staatsblad (Lembaran Negara Republik Indonesia), dan lain sebagainya. 

Saya pun diajak langsung melihat keragaman koleksi yang ada baik tersimpan di lemari-lemari maupun rak-rak buku. Tidak terasa, ia sudah 17 tahun bekerja mengurusi naskah-naskah tua mulai dari sebelum  Grahatama Pustaka berdiri tahun 2015 sampai saat ini. Ia menerangkan kepada saya beberapa kriteria dalam pemilihan koleksi buku langka dan manuskrip yang akan dialihmediakan ke format digital yaitu informasi yang terkandung benar-benar penting, lolos hak cipta, berusia tua, dan tingkat keminatan tinggi biasanya kita lihat dari daftar pengunjung yang datang di ruangan koleksi langka. 

Demikian perjumpaan singkat saya dengan pak Agus. Semoga bapak senantiasa sehat. Kendati bekerja di ruang sunyi, tugas merawat naskah-naskah langka adalah tauladan.

*Ditulis di Yogyakarta, 9 Oktober 2017.

Posting Komentar

0 Komentar