Ngadem di Perpustakaan Amir Machmud Kemendagri

 

Penulis di Perpustakaan Amir Machmud Kemendagri RI


Oleh: Jumardi Putra*

Langit Jakarta berawan cerah (Kamis, 2/10/2025). Dari Arah Kemayoran saya bergegas menuju Jalan Merdeka Utara. Sebelum menunaikan pekerjaan di Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, saya menyisihkan waktu mengunjungi Perpustakaan Amir Machmud yang berada di Gedung F Lantai Dasar, Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara No 7, Jakarta Pusat. Saya tidak sendirian, melainkan bersama sejawat kantor yaitu Bang Firman dan Ade Saputra. Ini merupakan kunjungan ketiga kali buat saya pribadi, sedangkan bagi kedua sahabat saya lainnya adalah perdana menginjakkan kaki di ruangan perpustakaan milik Kemendagri itu.  

Tersebab jadwal resmi pertemuan kami dengan salah satu pejabat di Ditjen Bina Keuda pukul 11.00 WIB, maka masih ada waktu bagi kami untuk mengisi waktu di perpustakaan milik Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia. Sembari melihat-lihat koleksi buku di ruang perpustakaan ini, kami pun merampungkan beberapa tugas kantor yang mendekati deadline.

Tidak ada kesulitan bagi kami untuk sampai di perpustakaan ini, karena letaknnya di lantai dasar. Benar saja, saya perhatikan tidak sedikit pegawai di lingkup Kemendagri sengaja datang ke Perpustakaan itu untuk membaca dan bahkan sebagian lainnya meminjam buku-buku untuk dibaca di tempat kerjanya sehari-hari. Kendati tidak begitu luas nian ruang perpustakaan ini, desain modern dengan warna dominan putih di dalamnya memberi rasa nyaman bagi pengunjung untuk ngadem sembari membaca dan menulis. Tak syak, dari puluhan ruang baca alternatif yang pernah saya kunjungi di Jakarta, perpustkaan Amir Machmud adalah salah satu tempat yang perlu dan penting disambangi. 

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari pengelola perpustakaan bahwa penamaan ruang baca ini untuk menghargai jasa almarhum Bapak Amir Machmud yang merupakan Menteri Dalam Negeri periode 1969 hingga 1982. Perpustakaan di lingkungan Sekretariat Jenderal (Setjen) Kemendagri ini didirikan pada masa kepemimpinan Amir Machmud, merujuk Keputusan Mendagri No. 187 Tahun 1970 tentang Susunan Organisasi Departemen Dalam Negeri. Berjalannya waktu, penamaan resmi sebagai "Perpustakaan Amir Machmud" ditetapkan berdasarkan Kepmendagri No 040-3739 tahun 2020 tentang Penamaan Perpustakaan dan Pencanangan Slogan Perpustakaan di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri.

Saya tertarik dengan slogan dari ruang baca ini yaitu "Suluh Bacaan Politik dan Pemerintahan". Slogan tersebut mengandung makna bahwa perpustakaan ini berperan dalam mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter, serta siap menjadi penerang bagi pemustaka dalam mencari sumber informasi dan referensi terkait politik dan pemerintahan.

Tidak sedikit judul-judul buku bermutu yang bersumber dari hasil penelitian maupun studi kepustakaan mumupuni terdapat di perpustakaan ini, termasuk sumber literatur yang mengungkit peristiwa kelam 1965. Sekalipun begitu, saya juga menemukan koleksi buku-buku genre lainnya sesuai nomor klasifikasi yaitu karya umum (000), filsafat (100), agama (200), ilmu sosial (300), bahasa (400), ilmu murni (500), pengatahuan praktis (600), kesenian dan hiburan (700), kesusastraan (800), dan sejarah (900).  

Menurut pengakuan Nurul Ain, perpustakaan ini menyimpan 7042-an judul buku. Selain sebagai ruang baca, perpustakaan ini juga kerap menjadi tempat penyelengaraan diskusi atau bedah buku yang dibuka untuk umum. Kemudian, di atas setiap rak-rak buku di ruang perpus Amir Machmud terpasang poster berisikan kalimat-kalimat menggugah seputar keistemewaan membaca buku, dan tentu saja ajakan ke perpustakaan, seperti berikut ini: “Great Leaders are Readers”, “You want weapons? Were in a Library! The best weapons in the world”, “The World belongs to Those Who Read”, “Today a Reader, Tomorrow a Leader”, Google can bring you back 100.000 answers. A Librarian can bring you back the sight one”, “Books give a soul to The Universe, Wings to the Mind, Flight to the Imagination, and Life to Everything”. 

Lain waktu saya akan ke sini lagi. Semoga.


*Jakarta, 3 Oktober 2025.


*Tulisan-tulisan saya lainnya:

1) Festival Literasi: Dari Militansi ke Retrospeksi

2)  Menyoal Duta Baca Provinsi Jambi, Kerja Apa?

3) Pengelana Buku Itu Tidak Pernah Pergi, Obituari Nirwan Arsuka

4) Generasi Nol Buku

5) Meresensi Novel dan Menulis Ulang Cerita

6) Di Balik Panggung Pemilihan Bujang Gadis Jambi

7) Komunitas Epistemik dan Kosongnya Kampus Kita

8) Ngadem di Goethe Institut

9) Suatu Siang di Erasmus Huis

10) Merajut Asa di Ruang Belajar Prof H.A.R. Tilaar

11) Ngadem di Freedom Institute Library

(12) Arsip Daerah Jambi di ANRI

(13) Kerja Arsip Berdekatan dengan Kesepian

(14) Pers Jambi (Tanpa) Pusat Dokumentasi

(15) Ada Sesuatu di (dalam) Jogja

(16) Setengah Abad Arena: Perjalanan yang Tidak Mudah

(17) Selalu Ada yang Tersisa dari Jogja: Dari Sorowajan ke Mantijeron

(18) Asa di Jalan Kaliurang Km 12 Jogja

(19) Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang dan Angkringan

(20) Jogja yang Dirindukan, Jambi Tempat Berpulang

(21) Prabowo, sang Bibliofil

(22) Sore Bersama Delegasi KITLV Jakarta-Leiden

0 Komentar