Ngadem di Goethe-Institut

Goethe Institut Library

Oleh: Jumardi Putra*

Pagi itu langit Jakarta berawan cerah. Saya bergegas meninggalkan hotel Saripan menuju Goethe-Institut di Menteng, sebuah pusat kebudayaan Jerman di Indonesia. Selain berhasil menyelenggarakan kelas-kelas kursus bahasa Jerman, Goethe-Institut juga dikenal sebagai lembaga yang mengoordinasi dan menyokong pelbagai kegiatan yang menstimulasi terbentuknya pertukaran antara pemangku kepentingan Jerman dan Indonesia melalui pelbagai iven seperti festival-festival film dan konser, berbagai pameran, pembacaan dan diskusi sastra, begitu juga dengan pementasan tari dan teater.

Lawatan saya ke Goethe-Institut sebenarnya lebih karena perpustakaannya yang secara khusus menyimpan informasi mengenai Jerman dan kebudayaannya. Nawaitu saya kali ini boleh dibilang masih dalam ghirah yang sama dengan aktivitas saya sebelumnya yaitu menyambangi Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda (baca di sini: Erasmus Huis Library), merajut asa di Ruang Belajar H.A. Tilaar (baca di sini: Perpustakaan Prof. H.A. Tilaar), ngadem di Freedom Institute (baca di sini: Freedom Institute Library), serta menimba spirit di sumur literasi Tebet (baca di sini: Ruang Baca Tebet).

Berbeda dengan kebanyakan perpustakaan umum di Indonesia, Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta tidak hanya menghadirkan koleksi buku, tetapi juga media lain yang bisa menyokong pembelajaran maupun pengetahuan mengenai Jerman, mulai dari DVD film, CD musik, majalah, board game, hingga gim video.

Pengunjung Goethe Institut Libraray

Usai melewati pintu utama Goethe-Institut, saya diantar oleh Satpam ke lorong yang memisahkan dua gedung sembari menunjuk arah menuju ruang perpustakaan. Goethe Institut tampak ramai. Kebetulan saat saya berkunjung sedang berlangsung pameran dan pemutaran film. Saya pun sempat melihat GoetheHaus milik Goethe-Institut Jakarta, sebuah ruang pertunjukan yang modern dan lengkap, berkapasitas 301 tempat duduk dan sebuah lobby-galeri untuk pameran. GoetheHaus itu kerap digunakan sebagai tempat konser musik kamar, koor, pementasan kecil teater dan tari, pemutaran film, ceramah, maupun seminar.

Tak ubahnya suasana kampus, saya menjumpai beberapa kelompok muda-mudi asyik berdiskusi dan bersendagurau di halaman belakang Goethe-Institut. Sementara petugas kebersihan asyik melakoni tugas-tugas hariannya. Tanpa berpikir lama, saya langsung menuju ruang perpustakaan Goethe-Institut, tak jauh dari kantin. Saya disambut seorang petugas perpustakaan, lalu ia meminta saya mengisi buku tamu.

Penulis di Goethe-Institut Library

Perpustakaan ini setidaknya menyimpan sekitar 5.000 koleksi buku dan majalah fisik berbahasa Jerman maupun terjemahan dalam bahasa Indonesia dan Inggris yakni mencakup novel, karya klasik, buku nonfiksi (politik, ekonomi, budaya dan pendidikan), serta buku anak dengan tema yang bervariasi. Selain itu, juga tersedia materi aktual untuk latihan dan persiapan ujian bahasa Jerman. Pengunjung tidak perlu khawatir mencari buku yang diperlukan, karena setiap rak buku tertulis genre buku dan di setiap punggung buku juga terdapat keterangan yang dapat membantu kebutuhan pengunjung. 

Meski tidak seluas dan sementereng perpustakaan Erasmus Huis, perpustakaan Goethe-Institut memiliki desain ruangan yang cukup instagramble dengan dukungan pelbagai fasilitas menarik. Satu lagi, di perustakaan Goethe-Institut pengunjung akan dimanjakan dengan fasilitas untuk mengenal budaya Jerman.

Sebelum memilih buku bacaan dan membuka laptop, saya menyusuri seisi ruangan baik di lantai satu maupun lantai dua melalui sebuah tangga yang membelah ruangan perpustakaan. Di lantai dua saya menemukan Mini Kino-bioskop kecil-yang disiapkan bagi pengunjung yang ingin menonton koleksi film Jerman yang jarang ditemukan dalam layanan streaming film maupun bioskop Indonesia. Koleksi DVD film dengan beragam genre tersebut juga dapat dipinjam untuk ditonton di rumah.

Koleksi DVD Goethe-Institut

Masih di lantai dua, terdapat ratusan CD musik Jerman yang disiapkan bagi pengunjung perpustakaan yang ingin mendengarkan lagu langsung dari pemutar CD. Ratusan CD musik Jerman tersebut selalu diperbarui setiap tahunnya. Fasilitas ini juga berguna melatih kemampuan mendengar kosakata bahasa Jerman. Jika pengunjung mengalami kesulitan untuk menggunakan fasilitas itu, petugas perpustakaan selalu siapa membantu.

Lebih kurang selama 2,5 jam saya 'ngadem' di Perpustakaan Goethe-Institut. Suasana hening, adem dan tenang benar-benar saya rasakan langsung di ruang perpustakaan ini, meski saat bersamaan beberapa pengunjung lainnya khusyuk membaca buku, asyik bertukar pikiran dengan volume suara yang terjaga dan menulis di laptop masing-masing.

*Jakarta.

0 Komentar