![]() |
Penulis (tengah) bersama Delegasi KITLV-Jakarta |
Oleh: Jumardi Putra*
Jum’at (13/6), lepas
Magrib, masuk pesan di ponsel saya perihal usulan pertemuan bersama tim
perpustakaan KITLV-Jakarta (bagian dari perpustakaan Leiden, Belanda). Pesan
yang diawali salam perkenalan itu datang dari Mas Budiman, salah satu delegasi
KITLV.
Kami pun saling bekenalan
dan Mas Budiman menyampaikan maksud dan tujuan KITLV-Jakarta dalam rangka
mengumpulkan khasanah studi jambi yang diterbitkan dalam bentuk buku baik karya
fiksi maupun non fiksi. Meski nama saya telah ia ketahui dari beberapa orang
yang ia jumpai selama di Jambi, toh kontak hp saya baru ia dapati dari salah
satu kolega dosen di Universitas Jambi.
Usut punya usut, Mas
Budiman sudah 5 hari berada di Kota Jambi. Ia bersama kawannya yaitu
Mbak Wulandari telah mengunjungi beberapa lembaga pemerintah daerah maupun
perguruan tinggi dan komunitas di Kota Jambi. Sebut saja seperti Perpustakaan
Daerah Provinsi Jambi, Perpustakaan Kota Jambi, Lembaga Adat Melayu (LAM)
Provinsi Jambi, Jurusan Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jambi, dan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN STS Jambi.
Tanpa berpanjang kalam,
saya pun mempersilakan mas Budiman singgah ke rumah saya Sabtu sore, 14 Juni
2025. Kami pun bersepakat, karena pagi Sabtu ia terlebih dahulu mengunjungi
kawasan Percandian Muaro Jambi, situs cagar budaya yang baru pertama kali ia
kunjungi.
Sekitar pukul 16,02 WIB Mas Budiman sampai di rumah saya. Tidak ada hambatan yang berarti baginya untuk sampai ke kediaman saya sore hari itu. Kami pun terlibat dalam obrolan yang asyik, sembari menceritakan kesibukan masing-masing. Bukan kebetulan pula, jauh sebelum pertemuan sore hari ini, saya pribadi pernah beberapa kali mengunjungi perpustakaan KITLV-Jakarta dan Erasmus Huis: Pusat Kebudayaan Belanda, yang keduanya berada di satu lokasi dalam kawasan Gedung Kedutaan Besar Belanda untuk Republik Indonesia di Jalan Haji R. Rasuna Said Blok C No.3, RT.8/RW.3, Kuningan Timur, Jakarta Selatan.
![]() |
Perpustakaan pribadi penulis |
Mas Budiman di awal percakapan menceritakan kepada saya tentang KITLV: kantor perwakilan Universitas Leiden di Indonesia, khususnya dalam bidang penelitian dan perpustakaan yang berfokus pada studi Indonesia dan Asia Tenggara. Ia menceritakan sejak 1851 Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde (KITLV) mengkhususkan pada pengumpulan informasi dan memajukan penelitian mengenai keadaan masa kini dan lampau daerah-daerah bekas koloni Belanda dan wilayah sekitarnya. KITLV yang berpusat di Leiden, baru membuka perwakilannya di Jakarta pada tahun 1969.
Selanjutnya, sejak 1 Juli 2014 Perpustakaan KITLV di Leiden bergabung dengan Perpustakaan Universitas Leiden dan kantor KITLV-Jakarta dialihkan di bawah naungan Perpustakaan Universitas Leiden dan berbadan hukum Yayasan. Sebagai perpustakaan dan pusat penelitian, Perpustakaan Universitas Leiden menghimpun penerbitan buku-buku dan majalah dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan dari instansi pemerintah, swasta, universitas, atau terbitan komersial umum dan terbuka yang disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dalam bentuk asli, dan/atau digital. Ia menambahkan, koleksi dan terbitan KITLV-Jakarta mencakup ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial yang berfokus pada Asia Tenggara—khususnya Indonesia. Selain itu juga Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Usai mendengar penjelasan dari Mas Budiman dan Mbak Wulandari, giliran saya sendiri menceritakan hasil pengamatan, pergulatan dalam gerakan menggairahkan studi Jambi sejak 2012 sampai saat ini bersama kawan-kawan di Seloko Insitute dan belakangan ini melalui Pusat Kebudayaan Jambi. Begitu juga upaya saya mengumpulkan literatur studi jambi baik dalam bahasa Indonesia maupun asing, terlebih buku-buku yang diterbitkan lokal di Jambi. Di antara beberapa koleksi yang saya miliki, beberapa di antaranya saya berikan kepada KITLV-Jakarta melalui Mas Budiman. Saya berharap semoga buku-buku tentang Jambi hasil dari akuisisi KITLV-Jakarta baik yang bersumber dari kampus maupun lembaga pemerintah daerah di Jambi dapat diakses secara luas, terutama oleh para peneliti baik dalam maupun luar negeri.
*Kota Jambi, 16 Juni 2025. Catatan kunjungan saya ke Erasmus Huis baca di sini: Suatu Siang di Erasmus Huis: Pusat Kebudayaan Belanda.
0 Komentar