Pertempuran Simpang Tiga Sipin 1948

Tugu Juang Jambi

Oleh: Jumardi Putra*

Simpang Tiga Sipin menjadi salah satu saksi bisu dari perjuangan rakyat Jambi  saat merebut kemerdekaan. Dalam catatan sejarah, Simpang Tiga Sipin menjadi lokasi penting perlawanan rakyat Jambi terhadap agresi militer Belanda terutama pada agresi militer ke-2.

Pada tanggal 29 Desember tahun 1948 terjadi pertempuran yang dikenal dengan  Pertempuran Simpang Tiga Sipin. Sebenarnya secara bersamaan juga terjadi kontak senjata di wilayah Kenali Asam, Tempino dan Bajubang.

Penyerangan itik-titik strategis itu memang direncanakan oleh pihak Belanda untuk menguasai pusat Kota Jambi. Sebelum terjadi pertempuran pada tanggal 29 Desember 1948 di Simpang Tiga Sipin, situasi saat itu sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi pihak Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya seperti 40 pesawat pemburu dan menerjunkan pasukan payung untuk menyerang pertahanan Jambi.

Dalam situasi demikian, keputusan yang diambil oleh pimpinan sipil maupun militer TNI di Jambi pada waktu itu harus sesegera mungkin keluar dari Kota Jambi, karena sudah tidak bisa dikendalikan. Sehingga pada waktu itu, pusat pemerintah sipil dan juga pusat militer terpaksa harus dipindahkan dengan skema Bangko dipilih sebagai lokasi sementara pusat militer karena berdekatan dengan pusat militer Sumatera Selatan. Sedangkan Rantau Ikil ditetapkan sebagai pusat pemerintahan sipil dengan pertimbangan berdekatan dengan pusat pemerintahan sipil Sumatra Tengah di Bukittinggi.

Sekitar 100 orang yang terdiri dari Pejuang Laskar Naspindo dan Ibu-ibu petugas dapur umum dari Komando Militer Kota (KMK) yang dipimpin oleh Kapten Abu Bakar melakukan perjalanan keluar Kota Jambi menuju lokasi yang sudah disepakati sebagai pusat militer dan pusat pemerintahan sipil yang baru.

Dalam proses keluar dari kota itulah terjadi perang dan mengakibatkan separuh dari sumber yang saya baca, yang ditulis oleh dewan harian daerah angkatan 45 provinsi Jambi, itu separuh dari 100 dinyatakan tewas, termasuk pimpinan pasukan kapten Abu Bakar.

Selain menewaskan pasukan militer, warga sipil yang saat itu berada di sekitar Simpang Tiga Sipin juga ikut menjadi korban. Korban dari Pertempuran Simpang Tiga Sipin tersebut dimakamkan di Makam Taman Pahlawan The Hok.

Sementara itu, beberapa arsip penting yang waktu itu akan dibawa menuju pusat pemerintahan yang baru berhasil diselamatkan.  Peristiwa pertempuran Tiga Sipin ini dapat dilihat di monumen bersejarah Tugu Juang Simpang Tiga Sipin yang  menjadi titik lokasi perlawanan rakyat Jambi terhadap Belanda pada agresi militer ke-2 pada 29 Desember 1948. 

*Diambil dari berbagai sumber tentang perjuangan Rakyat Jambi melawan Belanda.

0 Komentar