Pertempuran Simpang Tiga Sipin

Tugu Juang Jambi

Simpang Tiga Sipin menjadi salah satu saksi bisu dari perjuangan rakyat Jambi  saat merebut kemerdekaan. Hari ini, Korem Garuda Putih bersama dengan unsur Forkompinda Provinsi Jambi  melaksanakan upacara peringatan Pertempuran Simpang Tiga Sipin (4/1/2021).

Dalam catatan sejarah, Simpang Tiga Sipin menjadi lokasi penting perlawanan rakyat Jambi terhadap agresi militer Belanda terutama pada agresi militer ke-2.

Peneliti Seloko Institute Jumardi Putra menjelaskan bahwa pada tanggal 29 Desember tahun 1948 terjadi pertempuran yang dikenal dengan  Pertempuran Simpang Tiga Sipin.

"Sebenarnya secara bersamaan juga terjadi di wilayah Kenali Asam, Tempino dan Bajubang," kilah Jumardi.

Jumardi menambahkan bahwa titik-titik strategis ini memang direncanakan oleh pihak Belanda untuk menguasai pusat Kota Jambi. Sebelum terjadi pertempuran pada tanggal 29 Desember 1948 di Simpang Tiga Sipin, Jumardi mengatakan kondisi pada saat itu sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi pihak Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya, seperti 40 pesawat pemburu dan menerjunkan pasukan payung untuk menyerang pertahanan Jambi.

"Dalam situasi demikian, keputusan yang diambil oleh pimpinan sipil maupun militer TNI pada waktu itu harus sesegera mungkin keluar dari Kota Jambi, karena sudah tidak bisa dikendalikan" kata Jumardi.

Sehingga pada waktu itu, pusat pemerintah sipil dan juga pusat militer terpaksa harus dipindahkan. Jumardi menjelaskan bahwa Bangko dipilih sebagai lokasi sementara pusat militer karena berdekatan dengan pusat militer Sumatera Selatan dan Rantau Ikil sebagai pusat pemerintahan sipil. Dipilihnya Rantau Ikil lantaran berdekatan dengan pusat pemerintahan sipil Sumatra Tengah di Bukittinggi.

Sebanyak 100 orang yang terdiri dari Pejuang Laskar Naspindo dan Ibu-ibu petugas dapur umum dari Komando Militer Kota (KMK) yang dipimpin oleh Kapten Abu Bakar melakukan perjalanan keluar Kota Jambi menuju lokasi yang sudah disepakati sebagai pusat militer dan pusat pemerintahan sipil yang baru.

"Dalam proses keluar dari kota inilah terjadi perang dan mengakibatkan separuh dari sumber yang saya baca yang ditulis oleh dewan harian daerah angkatan 45 provinsi Jambi itu separuh dari 100 dinyatakan tewas, termasuk pimpinan pasukan kapten Abu Bakar," kata Jumardi.

Selain menewaskan pasukan militer, warga sipil yang pada saat itu berada di sekitar Simpang Tiga Sipin juga ikut menjadi korban. Dirinya mengatakan bahwa korban dari Pertempuran Simpang Tiga Sipin ini dimakamkan di Makam Taman Pahlawan The Hok.

Sementara itu, beberapa arsip penting yang waktu itu akan dibawa menuju pusat pemerintahan yang baru berhasil diselamatkan. "Dokumen dan surat penting yang direncanakan untuk dibawa ke Rantau Ikil itu berhasil selamat," pungkasnya.

Peristiwa ini juga dapat dilihat di monumen bersejarah Tugu Juang Simpang Tiga Sipin. Yang menjadi titik lokasi perlawanan rakyat Jambi terhadap Belanda pada agresi militer ke-2 pada 29 Desember 1948. (sap/Jamberita)

 *Tulisan ini terbit di rubrik Seputar Jambi di portal Jamberita.com pada Selasa, 5 Januari 2021 dengan judul Pertempuran Simpang Tiga Sipin Bukti Perlawanan Rakyat Jambi Terhadap Belanda

0 Komentar