Wushu, Medali Emas dan Sepotong Kisah Melisa

 

Melisa Try Andani

Oleh: Jumardi Putra

Sesak. Begitu suasana ruang tunggu gate 18 terminal tiga domestik Bandara Soekarno Hatta, Selasa siang (5/11). Perpindahan dari gate 23 ke 18 jelang keberangkatan maskapai Citilink tujuan Jakarta-Jambi dicoraki deretan penumpang yang berebut lebih cepat melewati gerbang check-in boarding pass menuju garbarata dan pintu masuk pesawat.

Tidak ada lagi penjarakan fisik, meski himbauan untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dari pihak bandara berulang kali berkumandang. Begitu juga tanda silang merah (larangan) pada kursi-kursi di ruang tunggu tidak juga diindahkan. Agaknya situasi demikian itu menegaskan virus corona bukan musuh yang perlu ditakuti (lagi) sehingga prokes di masa pagebluk di ruang publik tidak lagi menjadi pedoman.

Tulisan saya berikut ini bukan perihal ketidakpatuhan pada prokes Covid-19, melainkan kisah perjumpaan saya dari jarak yang cukup dekat di ruang tunggu tersebut dengan beberapa atlet olahraga asal provinsi Jambi yang baru saja berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang berlangsung di Papua mulai tanggal 2-15 Oktober 2021.

Saya belum mengenali satu pun dari olahragawan tersebut, kecuali saya melihat mereka kompak memakai celana panjang warna hitam dan kaos biru bergaris putih secara acak serta bergambar dan bertuliskan PON Papua 2021 dengan dilengkapi maskot Kangpho mantel emas yang memiliki nama latin Dendrolagus Pulcherrimus dan Drawa, yang terinspirasi dari hewan khas Papua.

Beberapa dari mereka memakai topi berbentuk puncak salju yang menjadi ciri khas pegunungan Papua. Begitu juga di kepalanya terpasang ikat kuning keemasan yang melambangkan kekayaan tambang di Papua.

Saya tidak segera mendekati dan bercakap-cakap dengan mereka, kecuali menaruh niat setiba di bandara Sultan Taha Saifuddin Jambi nanti berfoto bersama. Gayung bersambut, para atlet tersebut duduk sebaris di kursi F9 (A, B, dan C, D, E, dan F), tepat di hadapan saya dan di sebelah kanan sejawat saya pada kursi F10 (D dan E). Sembari menunggu maskapai yang familiar oleh bait-bait pantun ciamik yang disampaikan oleh awak kabin (cabin crew) baik sebelum maupun setiba di lokasi tujuan penerbangan, saya sempat bertanya pada salah satu atlet, yaitu Melisa Try Andani, yang tidak lain adalah peraih medali emas pertama bagi kontingen asal provinsi Jambi dari cabang olahraga (cabor) wushu nomor sanda atau tarung kelas 56kg puteri setelah PON XX berlangsung hampir sepekan di Bumi Cendrawasih itu.

Tidak hanya Melisa yang berhasil mendulang emas cabor wushu, dua medali perunggu Jambi juga dipersembahkan oleh nomor seni atau taolu Gun Shu + Dao Shu atas nama Ananda Sri Mardiana dan Friska Ria Wibowo di nomor sanda (tarung) kelas 48 kg Putri.

Mendengar capaian gemilang para atlet itu, sesama Jambi saya bersukacita dan langsung mengucapkan selamat kepada mereka dengan diikuti ungkapan serupa oleh sejawat saya. Niat saya bercakap-cakap dengan Melisa, begitu ia akrab disapa, harus terhenti karena pilot mengumumkan pesawat siap terbang dan para awak kabin mondar-mandir mengingatkan penumpang untuk mengencangkan ikat pinggang (seat belt) terpasang sempurna serta gawai dimatikan sebelum pesawat lepas landas (take off). Apatahlagi kursi tempat duduk saya tepat berada di pintu dan jendela darurat pesawat.

Penulis bersama Melisa

*** 

Tibalah kami di Bandara Sultan Taha Saifuddin Jambi setelah melintasi langit pulau Jawa (Jakarta)-Sumatra selama kurang lebih 50 menitan. Satu per satu penumpang keluar dari badan pesawat. Saya pun segera mendekati Melisa dan meminta foto bersama sekaligus nomor telepon miliknya untuk kepentingan wawancara. Dengan ramah dua permintaan saya itu dipenuhi olehnya. Kami pun berpisah.

Tak dinyana, sebelum melewati pintu kepulangan di bandara telah hadir Wakil Gubernur Jambi, Abdullah Sani dan Wakil Wali Kota Jambi, Maulana, beserta pejabat daerah provinsi maupun kota Jambi menyambut kedatangan para atlet wushu tersebut karena telah mengharumkan nama provinsi Jambi di kancah olahraga bergengsi tingkat nasional yaitu PON XX di Papua tahun 2021.

Berbekal nomor HP yang diberikan Melisa sehari sebelumnya di bandara, saya menghubunginya via telepon, Rabu siang (6/11), guna mengetahui jejak langkah perempuan lulusan S1 Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Jambi ini memilih menggeluti seni olahraga China tradisional yaitu Wushu dari mulai even olahraga tingkat daerah sampai ke nasional.

Melisa tidak menyangkal bahwa meraih emas pada PON di Papua tahun ini merupakan momentum yang tidak terlupakan buat dirinya. Lebih-lebih pertandingan final antara dirinya dengan saudari Diandra, atlet asal DKI Jakarta saat itu disaksikan langsung oleh orang nomor satu di Republik Indonesia, yakni Presiden Jokowi beserta beberapa menteri, sebut saja seperti Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Perdagangan dan pejabat teras nasional maupun daerah lainnya.

“Usai berhasil menang telak atas atlet DKI Jakarta dengan skor 2-0, Bapak Presiden Jokowi mengarahkan dua jempolnya kepada Saya. Jelas itu membuat saya terharu. Saya betul-betul bahagia, dan tidak bisa berkata-kata selain bersyukur kepada Allah SWT, support kedua orang tua dan keluarga serta para pihak, seperti pemprov Jambi, pelatih maupun kawan-kawa atlet yang turut membantu dan memotivasi saya untuk terus berlatih sampai ke tahap sekarang,” imbuhnya sembari berkali-kali mengucapkan alhamdulillah.

Sebelum mengalahkan altlet asal DKI Jakarta pada pertandingan final PON 2021, perempuan berusia 28 tahun ini telah lebih dulu menundukkan lawannya pada tahap pertama yaitu atlet asal Banten bernama Hotma Ria, serta pertandingkan tahap kedua berhasil melumpuhkan saudari Ratih, atlet asal provinsi Jawa Tengah.

“Saya tidak pernah merendahkan kemampuan setiap lawan. Mereka adalah lawan-lawan berat buat saya. Saya hanya perlu fokus untuk memenangkan pertandingan. Alhamdulillah saya berhasil memenangkan tiga tahap pertandingan tersebut,” terangnya.

Memilih menggeluti cabor wushu diakui oleh Melisa tidaklah mulus-mulus amat. Sebelum mengikuti even cabor Wushu baik di tingkat daerah hingga nasional, Melisa telah lebih dulu mengikuti Karate, terutama sejak dirinya masih di bangku kelas III SMP pada tahun 2007. Mula mengikuti latihan karate Melisa mendapatkan larangan keras dari orangtua baik bapak maupun sang Ibu. Mafhum. Alasan orangtuanya lebih karena Melisa perempuan, sementara karate adalah olahraga yang meniscayakan kemampun fisik di atas-rata (umumnya diminati lelaki), bahkan beresiko bagi keselamatan dirinya. Di samping itu, belum ada satu pun dari pihak keluarga Melisa baik dari sisi bapak atau ibu yang menggeluti dunia olahraga seperti dirinya.

Namun Melisa tidak bisa menutup-nutupi keinginan kuatnya menekuni seni beladiri tersebut. Melalui kegiatan ekstrakulikuler di sekolah ia memilih mengikuti latihan karate secara diam-diam. Diakui penyuka futsal ini hampir tiga bulan pertama dirinya mengikuti latihan karate secara diam-diam di sekolah. Begitu juga membeli pakaian seragam karate dari hasil uang tabungan sendiri. Orang tuanya sama sekali tidak tahu sampai puncaknya perempuan kelahiran 1993 ini mengikuti Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Daerah Provinsi Jambi tahun 2007, wadah pembinaan dan pelatihan atlet yang berbakat olahraga dan potensial untuk dikembangkan menjadi atlet berprestasi.

Selama setahun mengikuti pembinaan di PPLP Melisa mendapat “sagu hati” sebesar tiga ratus ribu rupiah setiap bulan. “Jumlahnya tidaklah besar dan kerap tersendat-sendat pencariannya, tetapi sebagai remaja ketika itu saya sangat senang dan makin termotivasi untuk serius menggeluti cabang olahraga karate,” kenangnya.

Sejak tahun 2008 putri bungsu dari tiga bersaudara, anak dari pasangan suami-istri bapak Anwar dan Ibu Bainis ini mulai mengikuti beragam kejuaraan nasional (kejurnas) cabang olahraga karate dan berhasil meraih juara, seperti Juara I Selekda Kota Jambi tahun 2009, Juara II kejurnas Solo tahun 2014, dan Juara III kejurnas Aura Jakarta tahun 2011.

Waktu terus menggelinding. Barulah pada tahun 2015 Melisa memilih menekuni cabang olahraga wushu dengan ditandai keberhasilan mendulang medali perunggu pada pekan Pra-PON di Kota Bandung tahun 2015.

“Alhamdulillah, pada Pekan Olahraga Provinsi  (Porprov) Jambi ke XXII yang berlangsung pada 18-25 November tahun 2018 di Kota Muarabulian, Kabupaten Batanghari, saya meraih juara I cabang olahraga wushu,” kisahnya.

Begitu juga pada PON di provinsi Jawa Barat tahun 2016, Melisa meraih medali perunggu, Juara I Porprov Kota Jambi tahun 2018, Juara II piala rektor UNNES Semarang tahun 2019, Juara III PON Bandung tahun 2016, Juara III Piala Presiden Yogyakarta tahun 2018, dan terakhir Pra PON (seleksi mengikuti PON Papua) di Kabupaten Bangka Belitung tahun 2019, Melisa meraih medali perunggu.

Sebelum dirinya mengikuti PON tahun 2021 ini, Melisa sempat mengikuti pelatihan nasional (Pelatnas) selama hampir 3 bulan di Jakarta untuk persiapan mengikuti Sea Games di negara Vietnam tahun ini. Hanya saja iven internasional tersebut ditunda lantaran Covid-19 belum sepenuhnya berhasil dikendalikan.

***

“Apa yang Melisa terima dari pemerintah provinsi Jambi usai meraih medali emas,” tanya saya. Putri dari bapak Anwar, pensiunan pegawai sebuah kantor Kelurahan di Seberang Kota Jambi ini mengamini mendapat uang dua juta dari Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jambi usai memenangkan pertandingan final.

Diakuinya bahwa Gubernur Jambi, Al Haris, di hadapan para atlet sebelum berangkat ke Papua berjanji akan memberikan bonus bagi peraih medali emas sebesar 300 juta dan sekaligus merekrut mereka menjadi pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemerintah provinsi Jambi. Begitu juga peraih medali perak mendapat bonus sebesar 125 juta dan peraih perunggu sebesar 75 juta.

“Karena PON di Papua masih berlangsung, saya belum menerima bonus tersebut. Begitu juga kawan-kawan saya yang meraih medali perak maupun perunggu. Prinsipnya saya berterima kasih atas bonus dan janji direkrut menjadi ASN oleh pemerintah provinsi Jambi. Apresiasi tersebut memberi motivasi bagi seluruh atlet asal Jambi untuk berjuang dan mampu mendulang medali emas sebanyak-banyaknya,” tukasnya penuh harap.

“Uang sebesar 300 juta dibuat untuk apa,” tanya saya balik. “Saya ingin memberangkatkan kedua orang tua saya ke Tanah Suci Mekkah melaksanakan ibadah umroh. Setidaknya itu yang lebih utama, selain sisanya untuk mendukung kebutuhan saya sebagai atlet maupun seorang guru olahraga sekolah menengah pertama,” jawabnya.  

Demikian sepotong kisah seorang Melisa, sang atlet Wushu, peraih medali emas pada PON XX tahun 2021, yang hari-hari tidak lain adalah seorang guru honorer mata pelajaran olahraga di SMP 4, yang beralamat di jalan Abdul Muis No.28, RT.16, Lingkar Selatan, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi. Ketekunannya memilih jalan olahraga (karate dan wushu) boleh dikata sebuah dedikasi dan sekaligus upaya sungguh-sunguh mengangkat nama baik provinsi Jambi di kancah olahraga nasional.

Semoga keberhasilan Melisa tidak berhenti sampai pada PON XX saja, tetapi terus menaiki tangga di kejuaraan internasional. Begitu juga tugasnya sebagai guru olahraga,  selain membagikan pengetahuan, juga yang tak kalah penting berkemampuan menumbuhkan spirit keterbukaan, sportivitas, dan semangat pantang menyerah mengejar cita-cita atau impian pada diri setiap anak didik, sebagaimana laku demikian itu ia lakoni dengan berkali-kali jatuh bangun sebagai atlet yang sekaligus seorang guru.

Harapan yang sama, semoga perjuangan atlet asal Jambi lainnya pada PON XX tahun ini berhasil menaikkan peringkat provinsi Jambi masuk ke dalam urutan lima besar. Data klasemen sementara PON Papua XX tahun 2021 masih menunjukkan dominasi DKI Jakarta pada peringkat pertama dengan meraih total 110 medali dengan rincian mengoleksi 42 emas, 31 perak dan 37 perunggu. Disusul provinsi Jawa Barat di urutan kedua dengan raihan medali total 112 medali dengan rincian 38 emas, 32 perak, dan 42 perunggu.

Sedangkan peringkat ketiga masih dihuni oleh tuan rumah Papua yang berhasil meraih total 89 medali dengan rincian 34 emas, 18 perak, dan 37 perunggu. Selanjutnya kontingen Jawa Timur berada di posisi keempat dengan total 87 medali dengan rincian 32 emas, 30 perak, dan 25 perunggu.

Peringkat provinsi Jambi, bagaimana? Rilis resmi per 6 Oktober 2021 menyebutkan bahwa provinsi Jambi masih berada di peringkat 10 dengan rincian medali 3 emas, 4 perak, dan 7 perunggu.  Hingga tulisan ini selesai dibuat, PON Papua XX tahun 2021 ini masih tersisa delapan hari lagi. Dengan kata lain, masih terbuka kesempatan bagi kontingen asal provinsi Jambi mendulang medali emas, perak dan perunggu sebanyak-banyaknya. Semoga.

*Tulisan ini terbit pertama kali di portal jamberita.com pada tanggal 7 Oktober 2021.

0 Komentar