Ziarah Tembuni

antologi puisi narasi tembuni

Salah satu bagian acara dalam Kongres Komunitas Sastra Indonesia di Cisarua, Puncak, Jawa Barat, 23-25 Maret 2012 adalah penyerahan penghargaan KSI Award. Pemenang penghargaan itu adalah Iman Budhi Santosa dengan puisi berjudul Ziarah Tembuni.

Sementara empat karya yang masuk “puisi unggulan” adalah Ritus Pisau (Anwar Putra Bayu, Palembang), Dari Utsmani ke Tsunami (Dimas Arika Miharja, Jambi), Aku, Kembarbatu, dan Telago Rajo (Jumardi Putra, Jambi), dan “Di Tepi Benteng Somba Opu” (Hasta Indrayana, Yogyakarta).

Puisi-puisi itu dibukukan dalam antologi “Narasi Tembuni” bersama 95 puisi pilihan lainnya. Menurut panitia, puisi-puisi pemenang, unggulan dan pilihan yang masuk antologi itu disaring oleh tim juri dari 2.335 judul karya 447 penyair dari berbagai daerah di Indonesia. Tim jurinya adalah Ahmadun Yosi Herfanda, Endo Senggono, Bambang Widiatmoko, Diah Hadaning, dan Mujizah.

Pemenangnya, menurut dewan juri dalam catatannya di buku antologi,berasal dari berbagai usia dan generasi yang berbeda, datang dari berbagai komunitas di berbagai penjuru nusantara. “Dengan demikian antologi puisi Narasi Tembuni ini cukup representatif sebagai cermin atau gambaran perkembanan perpuisian Indonesia terkini,” tulis dewan juri.

Memang, melihat biodata mereka di bagian akhir buku ini, akan terlihat betapa beragamnya peserta lomba puisi KSI Award ini. Di sana kita akan menemukan nama-nama seperti Damiri Mahmud (penyair Sumatea Utara kelahiran 1945), Iman Budhi Santoso (penyair Yogyakarta kelahiran 1948), Mustofa W. Hasyim (Yogyakarta, 1954), juga Dinullah Rayes (penyair Sumbawa kelahiran 1939).

Penyair termuda adalah Hakimah Rahmah Sari dari Sumatera Barat. Hakimah lahir di Saning Bakar pada 11 Januari 1994.

Berikut adalah nama-nama penyair yang puisinya masuk dalam antologi Narasi Tembuni:

1. A. Musabbih (Muara Sebuah Kota)
2. A. Ganjar Sudibyo (Tugu Seratus Ribu Tahun)
3. Ayat Khalili (Narasi Pulau)
4. Achmad Faqih Manfudz (Prambanan)
5. Ahmad Kekal Hamdani (Kolofon)
6. Alizar Tanjung (Malin Kundang di Pantai Air Manis)
7. Anwar Putra Bayu (Ritus Pesisir & Ritus Pisau)
8. Arif Fitra Kurniawan (Hikayat Sebungkus Tahu Gimbal)
9. Arif Hidayat (Yang Mengalir dalam Sungai Perahu)
10. Badrul Munir Chair (Selat Madura)
11. Beni Setia (Petaha)
12. Budhi Setyawan (Tua Tua Ibu Kota)
13. Budi Saputra (Rumah Gadang 1928)
14. Cahyadi Willy (Majalaya)
15. Cho Chro Tri Laksono (Wiji)
16. Damiri Mahmud (Aku Berlari-lari Mencari Serumpun Serai & Halakah Panggang)
17. Delvy Yendra (Bercakap-cakap dengan Sungai)
18. Dimas Arika Mihardja (Dari Ustmani ke Tsunami)
19. Dinullah Rayes (Sumbawa)
20. Dwi S. Wibowo (Kampung Nujuman)
21. Endang Supriyadi (Bogor)
22. Evi Idawati (Perempuan-perempuan Gerabah Kasongan &
Jejak di Nol Kilometer)
23. Evi Sefiani (Eyang Sakarembong)
24. F Rizal Alief (Madura, Sajakku Bergemuruh di Tubuhmu)
25. Faizal Syahreza (Montase Kota dari Doa)
26. Fakhrunnas MA Jabbar (Maka Berangkatlah Malam Lewat Bertabur Duri Rindu Ini & Legenda Riau)
27. Faridz Yusuf (Tamasya ke Rimba Melankolia)
28. Frans Ekodhanto Purba (Tiga Percakapan dari Danau Toba)
29. Hakimah Rahmah Sari (Solok-Padang & Goa Lawa)
30. Hasta Indrayana (Di Tepi Beneng Somba Opu)
31. Heri Maja Kelana (Menuju Cikapundung)
32. Hudan Nur (Kalideres Suatu Pagi)
33. Husen Arifin (Perahu Sigigir)
34. Idris Siregar (Berguru kepada Patimpus)
35. Iman Budhi Santosa (Ziarah Tanah Jawa dan Ziarah Tembuni)
36. Irwan Sofwan (Negeri Senja)
37. Jaka Satria (Di Kota Tua)
38. Jumardi Putra (Aku, Kembar Batu, dan Telagorajo & Balada Buyung Empelu)
39. Kiki Sulistyo (Kampung Nelayan Pondok Perasi)
40. Lukman Asya (Gunung Arca)
41. M. Taufan Musonip (Gapura Kota Mandiri)
42. M. Raudah Jambak (Gurindam Sepi Ompung Parturi & Pantun Wan Abun)
43. Mahdi Idris (Acehku ya Aceh)
44. Maulana Satrya Sinaga (Kampung Paling Ujung)
45. Muhlis Al-firmany (Sumur Kuning)
46. Mustofa W. Hasyim (Stasion Kota & Menteng Raya-Cikini Raya)
47. Nurochman Sudibyo YS (Reposisi Hujan)
48. Phaosan Jehwae (Wajah-wajah Patani)
49. Pringadi Abdi Surya (Semacam Tersien Kegalauan)
50. Rifat Khan (Berteduh di Sembalun)
51. Rikzam Mohammad (Fragmentasi Penciptaan)
52. Rini Febriani Hauri (Limbung di Ujung Lambung)
53. Sofyan R.H. Zaid (Banquet III)
54. Sunaryo Broto (Kutukan Kudungga)
55. Supali Kasim (Surat untuk Tome Pires)
56. Tina Aprida Marpaung (Dari Toging ke Parapat)
57. Tjahjono Widijanto (Senja di Benteng Pendem)
58. Ulfatin CH (Yang Pergi dan Kembali)
59. Viddy A.D. Daery (Perjalanan Malam Balikpapan-Banjarmasin)
60. Wahyu Arya (Sebelum Kembali)
61. Wisnu Muhamad (Lagu Pantai Lamalera)
62. Yogira Yogaswara (Ciwidey)
63. Yori Kayama (Sebuah Kota dengan Narasi yang Panjang).

*Diambil utuh dari http://mraudahjambak.blogspot.com/2015/04/para-panyair-dalam-narasi-tembuni-ksi.html

1 Komentar