Pesta Puisi di Kedinginan Malam

 

ilustrasi

Di bawah cahaya yang temaram dan api unggun yang terus menyala, puisi-puisi diteriakkan, Sabtu malam, 24 Maret 2012. Sudah hampir tengah malam ketika Api Unggun Sastra itu dimulai. Sebelumnya, puisi-puisi bergolak di ruang pertemuan Wisma Arga Mulya Depdiknas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Ini malam terakhir Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI) ke-II yang berlangsung, 23-25 Maret 2012. Kegiatan ini diikuti para sastrawan dari berbagai daerah. "Ada sekitar 130 peserta yang hadir," ujar Bambang Widiatmoko, ketua panitia acara. KSI, menurut Ahmadun Yosi Herfanda, sang ketua umum demisioner, punya 50 cabang di berbagai daerah.

Tak hanya memilih pengurus, kegiatan itu juga menampilkan beragam acara. Jumat malam (23 Maret), misalnya, digelar pembacaan puisi. Yang tampil antara lain Sosiawan Leak, Fatin Hamama, Rukmi Wisnu Wardhani, Sihar Ramses Simatupang, Habiburahman El-Shirazy, Anwar Putra Bayu, Chavcay Syaefullah dan Jumari HS.

Ada juga penganugerahan KSI Award kepada Iman Budhi Santosa (Yogyakarta) atas puisinya Ziarah Tembuni. Empat penyair lain mendapatkan penghargaan sebagai puisi unggulan yakni Ritus Pisau (Anwar Putra Bayu, Palembang), Dari Utsmani ke Tsunami (Dimas Arika Miharja, Jambi), Aku, Kembarbatu, dan Telago Rajo (Jumardi Putra, Jambi), dan "Di Tepi Benteng Somba Opu" (Hasta Indrayana, Yogyakarta).

Puisi-puisi pemenang dan unggulan itu dibukukan dalam antologi "Narasi Tembuni" bersama 95 puisi pilihan lainnya. Puisi-puisi itu disaring dari 2.335 judul karya 447 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, ada pula orasi budaya oleh sastrawan Abdul Hadi WM. Dalam pidatonya, Abdul Hadi banyak menyorot soal krisis yang melanda negeri ini. Menurut dia, krisis yang terjadi berhulu pada krisis kebudayaan, nilai-nilai, dan krisis kemanusiaan.

Ia mengatakan pandangan hidup masyarakat telah kabur. Apresiasi terhadap ilmu, seni, dan agama sudah turun. Kearifan dan way of life ditentukan oleh daya tarik pasar. "Kita terjebak dalam budaya konsumtif," ujar guru besar filsafat Universitas Paramadina ini.

Esoknya, Sabtu, 24 Maret 2012, kegiatan diwarnai dengan seminar sastra yang menampilkan Dr. Nursamad Kamba, Dr. Sudaryono (Dimas Arika Miharja), Eka Budianta, Abdul Hadi WM, Dr. Mu'jizah, Prof. Dr. Wahyu Wibowo, dan Stefan Danerek dari Universitas Lund, Swedia.

Lalu Sabtu malam, diadakan pemilihan pengurus KSI yang baru. Sidang formatur lalu memilih penyair Medy Loekito sebagai ketua umum KSI, Bambang Widiatmoko sebagai sekretaris dan Iwan Gunadi sebagai bendahara. Medy menggantikan Ahmadun Yosi Herfanda yang menjadi ketua umum KSI sejak 2008.

Lalu, sekitar pukul 22.00, para peserta pun meninggalkan ruang pertemuan menuju area di depan salah satu blok wisma itu. Di halaman dengan rumput yang rapi itu, sebuah tempat pembakaran jagung dipasang. Aroma jagung bakar pun menyebar.

Acara diawali dengan peluncuran buku puisi "Bima Membara" yang merespon tragedi kekerasan di Sape-Bima beberapa waktu lalu. Selanjutnya, puisi demi puisi pun diteriakkan, memecah dinginnya malam.

*Oleh Mustafa Ismail,  terbit di Tempo.co Senin, 26 Maret 2012.

0 Komentar