Senyum Caleg Kegembiraan Kita Semua

 

ilustrasi

Oleh: Jumardi Putra*

Waktu pelaksanaan pemilihan calon anggota legislatif kian dekat, bebarengan pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Itu artinya, tidak boleh ada hari-hari berlalu percuma bagi setiap Caleg, sehingga di sisa waktu tersisa sebelum hari pencoblosan adalah sebaik-baiknya waktu menemui konstituen menyerap aspirasi. 

Setakat hal itu, meski belum tentu berjalan efektif, pemasangan alat peraga kampanye di pelbagai tempat, lokasi dan ruang-ruang publik kian gencar. Tak pelak, setiap berangkat kerja dari arah Beliung, Alam Barajo, ke Jalan Jenderal Ahmad Yani, Telanaipura, saya kerap melihat wajah bapak/ibu Caleg yang terpampang di jalan-jalan umum, terpasang di pohon-pohon, menempel di badan dan kaca kendaraan dan masih banyak ruang-ruang terbuka lainnya. Belum lagi yang lalu lalang di jagad media sosial dan bahkan sampai ke bilik perpesanan pribadi seperti whatsapp dan aplikasi lainnya.

Saya perhatikan para Caleg menampakkan kegembiraan dan keceriaan, sesuatu yang amat dibutuhkan di republik ini, apatah lagi di tengah permasalahan dan tantangan hidup yang tidak mudah. Mereka kerap berpose dengan menyunggingkan senyum. Sebagian Caleg memperlihatkan senyum formal dan sedikit tertahan, ada juga yang senyumnya lepas dan bebas. Beberapa caleg muda/mudi bahkan bergaya laiaknya model iklan. 

Ada yang sambil mengibaskan rambutnya seperti iklan kecantikan, ada yang sambil memamerkan gigi putih kinclong, ada juga yang sambil memperlihatkan otot-otot tubuhnya seperti iklan Kuku Bima. Ada juga yang mengepalkan tinju sembari mengarahkan ke langit. Semuanya nampak penuh semangat dan ceria. Saya tidak tahu persis semua dari mereka terinspirasi dari tokoh mana yang pernah hidup dalam perjalanan bangsa ini. Tidak hanya itu saja, umumnya pada beragam alat kampanye mereka dibubuhi kata dan kalimat menggugah dan menginspirasi. Pokoke meyakinkanlah.

Saya berdoa agar para Caleg semuanya lolos menjadi wakil rakyat baik di parlemen Kabupaten/Kota, Provinsi dan sampai ke Senayan. Saya bahagia dengan kegembiraan mereka, keceriaan mereka, dengan senyum mereka, dengan kumis mereka, kulit yang kinclong, model rambut yang aduhai serta jilbab anggun yang mereka gunakan. Semuanya tampil optimis. Artinya, kalau semuanya lolos, berarti kehidupan di lingkungan kita  masing-masing tidak akan terganggu. Justru menjadi lebih baik karena keterwakilan mereka di lembaga parlemen yang akan memperjuangkan hajat hidup warga banyak, bukan orang per orang atau kelompok semata.

Saya tidak berani membayangkan bahwa di antara mereka kelak ada yang stres atau depresi seperti pada Pileg sebelum-sebelumnya, sebut saja ada yang lari keliling kota hanya memakai celana dalam, ada yang orasi di tengah pasar sambil membakar bendera, ada yang dirawat di rumah sakit jiwa, ada yang gantung diri di pohon mangga, dan ada juga yang dengan tega mengambil kembali barang/alat pemberian semasa kampanye. Masih banyak contoh kurang elok mengiringi pesta demokrasi di negeri ini yang sudah-sudah. Tetapi mo dibilang apa, begitulah realitas pahitnya. Semoga pada Pileg kali ini hal demikian itu tidak terulang lagi.

Sekali lagi, melihat senyum para Caleg di baliho, spanduk, poster, dan di tivi-tivi lokal maupun media cetak dan online, saya diajak untuk bergembira menyongsong pesta demokrasi di negeri ini. Tak perlu gonto-gontoan. Tak perlu bertengkar fisik sehingga menciptakan segregasi sosial. Bertengkarlah perihal gagasan dan program yang akan diperjuangkan jika kelak terpilih sebagai wakil rakyat. Sebagai warga, saya hanya bisa mengucapkan selamat berjuang Bapak/Ibu Caleg, berusahalah dengan gigih, rasional, cerdas dan penuh simpati, sehingga benar-benar bisa memenangkan hati rakyat di daerah pemilihan masing-masing.

Menutup catatan singkat ini, saya berharap demokrasi di republik ini tidak sekadar menjadi dekorasi atau menjadi semata alat pemuas dahaga kekuasaan, tetapi sebagai mekanisme pengabdian dan pengadaban negeri, dan itu tidak lain upaya untuk memperluhur derajat kita sebagai bangsa dan mempertinggi kualitas kita sebagai manusia.

*Kota Jambi, 14 Oktober 2023.

0 Komentar