Cerita dari Desa Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul

 

sumber:elingjogja.com

Oleh: Jumardi Putra*

Cuaca di Jogja benar-benar menyengat di kulit (17/7), saya pun tancap gas memakai motor ke Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Bukan tanpa sebab, sedari lama tersiar kabar di kanal instagram tentang sebuah toko buku raja murah beralamat di Jalan Mrisi No.10, Glondong. Jarak tempuh dari tempat saya menginap di pusat kota Jogja ke lokasi diperkirakan 15-20 menitan. Tepat pukul 11.25 WIB saya tiba di TKP. Di sisi kanan-kiri bangunan sawah menghijau.

Benar saja, baru saja melewati gerbang utama, terhampar buku-buku di sisi kiri bangunan beratap. Bahkan, saya dibuat kaget setelah memasuki gedung raja murah itu, lantaran di dalamnya terdapat puluhan ribu buku bertumpuk-tumpuk, bahkan tingginya melampaui ukuran tubuh orang dewasa.

Saya pun menyusuri dua lorong yang membelah tiga bujur susunan buku bertingkat di dalam gedung tersebut. Memang butuh kesabaran untuk menemukan buku-buku pilihan sesuai minat, lantaran selain jumlah yang buanyak, juga posisinya tidak mudah digapai. Namanya juga Gudang, sehingga suasana sumpek selama di dalamnya tidak terelakkan. Bagi pecinta buku, kondisi demikian itu bukanlah kendala yang berarti.

Tampak beberapa petugas yang membantu sejauh diperlukan pengunjung. Berdasarkan pengamatan langsung saya, di antara puluhan ribu itu, saya menemukan buku-buku bermutu, tentu itu menurut pertimbangan saya pribadi, antara lain terbitan dari Dian Rakyat, Kompas, KPG, Mizan, Bentang, Insist, renebook, dan karya-karya terjemahan maupun berbahasa asing. Begitu juga karya dari penerbit yang kurang populer, tapi naskahnya bermutu, tidak terkecuali terbitan beberapa lembaga penelitian seperti Imparsial.

Buku-buku yang dijual di gudang ini merentang mulai dari disiplin ilmu sastra, politik, budaya, antropologi, agama, manajemen, ekonomi, sosiologi, hukum, pendidikan, kuliner, dan buku-buku pembelajaran anak-anak sekolah mulai tingkat dasar hingga menengah atas. Ringkasnya, mulai dari buku ringan hingga literatur berat tersedia di sini.

Penulis bersama Rocky, staf toko buku rajah murah.

Hampir dua jam saya di toko buku ini. Setidaknya saya berhasil mendapatkan 14 buah buku bermutu sesuai minat saya dengan total harga 165.000. Harga tersebut jauh di bawah harga normal yang beredar di toko-toko buku maupun lapak online. Sebenarnya saya ingin membeli lebih banyak lagi, tapi saya urungkan menimbang batas maksimum barang yang bisa dibawa menggunakan bagasi pesawat.

“Kapan-kapan lagi ke sini, jika tuhan menghendaki ke depan, insyaallah,” imbuhku dalam hati.

Selain saya, siang itu juga ada pengunjung lainnya. Setidaknya belasan pengunjung yang sama-sama mencari buku. Sebelum pamit, saya berjumpa salah satu operator toko raja murah yaitu Reza Rizky Rocky, yang juga merupakan anak dari pemilik toko, bapak Fanani.

Rocky mengungkapkan bahwa puluhan ribu buku tersebut mereka dapatkan dengan cara membantu para penerbit buku yang mengalami kesulitan operasional untuk kemudian dijual kembali dengan harga murah. Menurutnya, penerbit tidak kuasa lagi menanggung biaya perawatan buku di gudang mereka sendiri. Selain beresiko rusak, juga butuh biaya besar, sementara penerbit butuh modal untuk menerbitkan judul buku-buku baru.  

“Untuk harga, dari komik Rp1.500-an, novel mulai Rp5000-an sampai Rp15.000-an. Pokoknya harga sangat terjangkau di sini. Paling mahal itu Rp.50.000 tapi itu tebal banget, seperti kamus bahasa Indonesia dan enkslopedia,” ungkapnya.

Selain di Bantul, toko buku ini juga membuka lapak di Komplek Taman Pintar Jogja, atau biasa disebut dengan Shopping Centre. Sang ayah, dulunya adalah salah satu pencetus lapak buku di kawasan tersebut. Begitu keterangan dari Mas Rocky.

“Ortu saya dari tahun 80-an sudah bergelut di dunia buku. Bahkan, salah satu pendiri komplek buku di Taman Pintar Jogja (Shopping Centre). Awalnya dulu punya percetakan, tapi karena merosot dan sepi, jadi fokusnya jual buku borongan dan mulainya 2005,” terangnya.

Selain rocky, saya juga berjumpa dengan staf operasional toko lainnya, yang juga salah satu anak dari pemilik toko yaitu Wawan. Menurutya, toko ini lazim didatangi oleh berbagai macam latar belakang masyarakat, mulai dari pihak sekolah dan universitas yang memerlukan akreditasi, sampai dengan mahasiswa KKN yang ingin mendonasikan buku ke desa KKN-nya. Mereka datang tidak saja dari Kota Jogja, tapi juga dari luar Jogja, seperti Lampung dan daerah-daerah lain di pulau Jawa.

Ia menambahkan, selain berniaga secara langsung di toko, pihaknya juga kerap mengikuti pameran buku, bahkan sudah sampai Kalimantan. Tetapi, sejak pandemi mereka mengalihkan fokus untuk berjualan di tempat langsung dan juga secara online. Hingga kini, toko buku raja murah milik pak Fanani itu sudah memiliki dua cabang toko buku lainnya beralamat sama-sama di Bantul.

 

*Yogyakarta, 18 Juli 2025.

*Catatan saya berikutnya tentang ziarah ke makam Panglima Besar Jenderal Soedirman, lalu ke nostagik ke dusun Papringan: tempat saya ngekos (tidak jauh dari kampus II Institut Pertanian (INSTIPER) Yogyakarta) dan Museum Afandi, lalu kongkow di café Basa-Basi Nologaten dan berakhir sebelum pergantian malam di cafe dan toko buku alternatif Warung Sastra di Bluyahrejo, Karangw‎aru, Kota Yogyakarta.

Sehari berikutnya ngangsu kawruh di taman makam Khusnul Khatimah di Kulonprogo, tempat Buya Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif dikebumikan, lanjut menutup senja di Museum Sonobudoyo, dan malam harinya singgah sejenak  di Shoping Center Jogja, surga buku di Jogja dan setelahnya melabuhkan segala kenangan di jalan Malioboro sebelum pergantian malam. 

*Tulisan-tulisan berikut ini merupakan catatan perjalanan saya di Jogja empat bulan sebelum lawatan kembali ke Jogja kali ini:

(1) Kembali Ke Jogja, Lagi

(2) Ada Sesuatu di (dalam) Jogja

(3) Setengah Abad Arena: Perjalanan yang Tidak Mudah

(4) Selalu Ada yang Tersisa dari Jogja: Dari Sorowajan ke Mantijeron

(5) Asa di Jalan Kaliurang Km 12 Jogja

(6) Jogja yang Dirindukan, Jambi Tempat Berpulang

(7) Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang dan Angkringan

(8) Cerita dari Desa Tirnonirmolo, Bantul

0 Komentar