![]() |
Ide Bagus Putra, teaterawan Jambi. Dok. Jamberita |
Oleh: Jumardi Putra*
Cukup lama saya tidak berjumpa dengan teaterawan Jambi satu ini. Kali terakhir saat bincang-bincang buku puisi saya, Ziarah Batanghari, di tempat ia berkeseharian sebagai guru. Masing-masing kami disibukkan pekerjaan masing-masing.
Syahdan. Malam lalu kami
dipertemukan kembali oleh kecintaan terhadap hal yang sama yaitu buku. Lebih
dari sekedar berkabar situasi masing-masing, kami larut dalam obrolan perihal
kegelisahan sekaligus kecintaan yang sama:
kebudayaan. Kesenian.
Dua hal itu memenuhi percakapan
kami. Sesekali merembet juga soal institusi yang mengurusinya yaitu Taman Budaya
Jambi (UPTD dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi) dan Dewan
Kesenian Jambi, yang baru-baru ini memproklamirkan jalan perubahan. Semoga.
“Kemana aja, Bang, lama tak
dengar ?” satanya saya spontan.
“Saya sengaja menjauhi kerumunan
dan memilih untuk di sudut saja,” ujarnya.
Terhadap jawaban yang metaforis
itu, saya kembali melempar pertanyaan balik, “Apa sudut itu, sehingga kerumunan
dirasa urgen untuk dijaraki?”.
“Saatnya kita memberi perhatian
serius terhadap interes-interes yang bernilai (kedalaman) dan membangun domain
tempat wacana dan opini seni-budaya diekspresikan serta tempat
kegiatan-kegiatan intelektual dapat diaktualisasikan. Kita kehilangan dunia
berfikir dan kontemplasi. Yang tinggal hanyalah aktifisme. Kita abai dengan
pertanyaan-pertanyaan. Kita menjadi ahistoris dan cacat logika karena
mengurungi diri dalam sangkar-sangkar jawaban yang dipaksakan. Tidak heran bila
kemudian masing-masing kita selalu disuguhi atau menyuguhi perkara yang
diulang-ulang,” jawabnya.
“Pada soal itu, masing-masing
kita merefleksikan hal yang sama!” ujarku membatin.
“Lalu, untuk tidak dikatakan teralienasi atau mengalienasi, bagaimana “sudut” itu menawarkan pemikiran (kalau bukan pencerahan) pada kerumunan?” timpalku sejurus kemudian.
“Kehidupan adalah hasil
penjumlahan dari semua yang kita pilih dan perjuangkan,” pungkasnya meminjam
perkataan filsuf-cum-novelis Prancis, Albert Camus.
*Kota Jambi, 19 Agustus 2015.
0 Komentar