![]() |
Buku Biografi Abdurrahman Sayoeti |
Oleh: Jumardi Putra*
Belum lama ini, buku biografi Gubernur Jambi dua peridoe sejak 1989 hingga 1999, H. Abdurrahman Sayoeti (HAS), digelanggangkan di salah satu hotel di Kota Jambi.
Hadir banyak pejabat daerah, tokoh masyarakat, pihak keluarga HAS dan (katanya)
juga akademisi merayakan kelahiran buku yang mengangkat tokoh pembaharuan Jambi
itu. Tidak terkecuali Gubernur Jambi Al Haris dan Anggota DPR-RI Dapil Jambi Hasan
Basri Agus (HBA)--mantan Gubernur Jambi periode 2019-2015 yang ikut memprakarsai
lahirnya buku tersebut. Peran HBA di balik kehadiran buku ini bisa dipahami,
karena selain anak angkat HAS-ia juga pernah bekerja sebagai ajudan sejak HAS menjabat Sekretaris Wilayah Daerah (1969)
hingga beliau dipercaya menjadi Wakil Gubernur Jambi periode 1979-1989.
Saya mengapresiasi setiap usaha
penulisan tokoh-tokoh Jambi, termasuk kedua penulis buku biografi HAS yaitu Nina
Nurrahmah dan Hernawati W. Retno Wiratih. Keduanya, meski berjarak cukup jauh dari segi usia—terutama Retno Wiratih adalah
pengajar di Presiden University, Cikarang, Kabupaten Bekasi. Begitu juga editor buku ini yaitu M. Havidz Aima--suami
dari Hernawati—adalah mantan pejabat struktural yang malang melintang di lingkup Pemerintah Provinsi Jambi dan akhirnya memilih berkecimpung di perguruan tinggi sebagai dosen.
Seminggu setelah peluncuran buku biografi HAS, barulah saya berkesempatan membaca buku tersebut. Galibnya membaca setiap buku, hal pertama yang saya tuju adalah daftar isi dan sumber referensi yang digunakan oleh penulis. Butuh waktu lebih kurang satu jam setengah bagi saya menuntaskan buku setebal 244 halaman dengan dukungan dua puluh lima sumber referensi yang keseluruhannya berasal dari situs internet. Selebihnya penulis buku ini meramu pandangan berdasarkan ingatan dari beberapa tokoh masyarakat yang pernah berinteraksi langsung dengan Abdurrahman Sayoeti semasa hidup (halaman 22-23).
Di bagian awal, sebelum membentangkan riwayat kehidupan maupun perjalanan karir HAS baik sebagai pejabat daerah maupun suami dari Lily Sjarif, buku ini disekapur-sirihkan oleh penulis dan editor (gak jelas bagian mana narasi dari penulis dan editor—yang pasti mereka menjelaskan pertimbangan HAS sebagai tokoh pembaharuan Jambi) dan selanjutnya disusul tiga kata sambutan pejabat mulai dari Jaksa Agung Burhanuddin, Gubernur Al Haris, Dikdik Sodikin (kepala dinas Perikanan Provinsi Jambi periode 1973-1979), Antony Zedra Abidin (Wakil Gubernur Jambi periode 2005-2010, sebelumnya anggota DPR RI periode 2001-2004), Yasril Sari (mantan Direktur RSUD Mattaher), dan Dokter Hentyanto (mantan Pengurus Koni Provinsi Jambi periode, tidak disebutkan periodesasi jabatannya). Galibnya sambutan, ya, lebih kurang memuat ucapan selamat, kesan baik dan keterangan yang tidak secara langsung menganggit sosok HAS sebagai tokoh pembaharuan—sebagaimana anak judul dari buku ini.
Hemat saya, kalahiran buku
ini dalam kondisi prematur. Jika penulis sedikit bersabar dan getol menelusuri arsip-arsip penting, masih terbuka ruang
untuk menuliskannya secara lebih baik. Apa sebab? Pertama, selain belum merujuk
beberapa literatur tentang HAS yang sudah terbit sebelum kehadiran buku ini
(salah satunya buku berjudul Kepemimpinan Abdurrahman Sayoeti di Panggung
Publik karya A. Shomad dengan melibatkan 17 kontributor), juga abai menggali informasi
yang terserak dalam banyak arsip dan dokumentasi pemerintahan (terutama untuk
mengetengahkan aspek pembaharuan yang dilakukan HAS semasa menjabat sebagai
Gubernur Jambi). Periodesasi kehidupan HAS belum terlalu jauh dari sekarang alias masih lebih gampang ditelusuri
dibanding generasi tokoh-tokoh Jambi sebelum dan saat kemerdekaan. Di samping itu, kontribusi HAS bagi
Jambi tidak lahir dalam ruang kedap suara, melainkan berkelindan dengan kebijakan
daerah semasa ia menjabat sebagai Gubernur Jambi sekaligus bertolak dari periodesasi pemeritahan sebelumnya serta menjadi pijakan bagi langkah pejabat daerah berikutnya. Warna-warni wicarana krusial itu yang belum
banyak dieksplorasi dan dibentangkan oleh penulis buku ini.
Kedua, strategi penulisan sebagai buku biografi boleh dibilang “gagal”. Hal ini cukup menggangu buat saya pribadi ketika membaca buku ini sedari halaman pertama sampai akhir. Lazimnya penulisan sebuah biografi berpatokan pada tiga hal pokok yaitu orientasi atau setting--struktur yang terdapat di bagian awal dari teks biografi. Bagian ini berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya untuk membantu pembaca memahami isi buku.
Selanjutnya, kejadian/peristiwa penting (important event, record of events)--struktur kedua dalam teks biografi yang merupakan inti dari sebuah tulisan. Bagian ini berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian ini perlu disertakan komentar-komentar pencerita/kontributor pada beberapa bagiannya. Lalu kemudian, reorientasi--berisi komentar evaluatif atau pernyataan simpulan mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di dalam suatu cerita.
Hal itu perlu saya ketengahkan di sini menimbang limpahan informasi yang bersumber dari 26 kontributor-justru menjadi kurang jelas penempatannya ke dalam narasi tulisan (siapa sebagai apa mengatakan apa tentang HAS--sesuai pembagian isi babakan buku ini). Ada usaha penulis ke arah situ, tapi belum konsisten termaktub dari keseluruhan isi buku. Hal itu bisa terjadi karena strategi penuangan ke dalam tulisan yang semula berlimpah informasi berasal dari banyak orang/kontributor gagal diolah ke dalam bahasa yang sistematis—seraya mengalir. Saya memahami ada usaha penulis untuk terlihat tidak kaku, seperti kehendak lebih komunikatif (bertutur--dan bahkan pada beberapa bagian menyelipkan kata berbahasa Inggris) dalam menarasikannya, tapi nyatanya justru membuat saya bingung (serba nanggung) dengan struktur narasi yang tidak runtut.
Kondisi tersebut menunjukkan editor buku ini belum
bekerja sebagaimana mestinya. Idealnya tugas editor bukan saja memperbaiki sisi teknis penulisan (sesuai EYD), tapi yang tidak kalah penting yaitu
membangun koherensi antara paragraf demi paragraf dan bahkan menjaga
keterhubungan setiap babakan dari keseluruhan isi buku ini, sehingga enak
dibaca dan mudah dimengerti. Lebih-lebih untuk buku jenis biografi lebih
menitikberatan pada sisi personal tokoh yang diangkat mulai dari riwayat masa kecil HAS sebagai santri, sosok dan kehidupan orangtuanya, kisah perjumpaannya dengan Lily Sjarif (istri), HAS sebagai direktur APDN Jambi, kontribusinya di pemerintahan dan lapangan kesenian (kebudayaan) bersama sang istri, dan jejak langkah HAS mulai dari meniti karir sebagai ASN hingga berhasil menduduki jabatan tertinggi sebagai Gubernur Jambi dengan segala legacy yang ditinggalkannya.
Ketiga, tata letak desain
buku ini (layout) juga kurang apik, kalau bukan berantakan. Jelas ini menggangu
kekhusyukan pembaca. Sebagai orang yang pernah bekerja sebagai editor di sebuah lembaga
penerbitan buku, hal ini penting untuk dimatangkan terlebih dahulu sebelum
sampai ke tangan pembaca.
Sejatinya tidak sedikit
contoh buku-buku biografi tokoh di tanah air yang bisa dirujuk oleh penulis
untuk mendapatkan model/gaya penulisan buku HAS. Sebut saja penulis
biografi ternama seperti Ramadan KH, Alberthiene Endah, Haidar Musyafa, Maria
Hartiningsih, Helen Ishwara, A. Makmur Makka, Fenty Efendi, dan beberapa nama beken lainnya.
Demikian catatan saya atas
buku ini. Tentu ini pengalaman pribadi saya setelah membaca buku tersebut, yang
bisa jadi berbeda dibanding pembaca lainnya. Di atas itu semua, selamat atas
terbitnya buku ini. Semoga terus bermunculan buku-buku tentang tokoh-tokoh Jambi lainnya.
*Kota Jambi, 9 Mei 2025.
*Saya menulis dua artikel mengenai sosok Abdurrahman Sayoeti yang belum banyak disingkap ke publik di penghujung 2023 (lebih lanjut baca di sini: Peninggalan Abdurrahaman Sayoeti Tidak Terawat dan Kisah Yanti Mustafa Menjaganya dan Sisi Lain Lily Sjarif, Istri Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti).
*Berikut tulisan-tulisan saya lainnya:
1) Kisah Putri Gubernur Jambi Djamaludin Tambunan Bersama Bung Karno
2) Si "Bulldozer" Masjchun Sofwan (Mengenal Gubernur Jambi 1979-1989)
3) Srie Soedewi, Sosok Cemerlang di Balik Gubernur Jambi Maschun Sofwan
4) Jambi Yang Menanti Jamahan, Buah Pikiran Djamaludin Tambunan
5) Hanafie, Gubernur Jambi Terpilih (Gagal) Dilantik
6) Haji Hasan, Orang Gedang dari Empelu
7) A. Mukty Nasruddin, Penulis Sejarah Jambi Yang Dilupakan
8) Annabel Teh Gallop, Jambi dan Filologi di Zaman Gawai
9) Mengenal (Penjabat) Gubernur Jambi 1957-2024
10) Emi Nopisah, Dari Ajudan Gubernur sampai Sekretaris DPRD Provinsi Jambi
11) 65 Pemikiran Tokoh untuk 65 Tahun Provinsi Jambi
12) Jambi Tempo Dulu, Catatan Sepulang dari Pameran HUT Provinsi Jambi
13) Kisah Mayloedin ADN dan Buku-bukunya
14) Sosok dan Pemikiran Junaidi T. Noor
15) Mengenang Sakti Alam Watir
16) Selamat jalan, Bung Nurul Fahmy
17) Firman Lie dan Karya Seni di Ruang Publik
18) Kamal Firdaus: Ia Yang Masih Merisaukan Penegakan Hukum di Republik Ini
19) Langkah Sunyi Bung Firdaus
20) Djang Aisjah Muttalib, Penulis Sejarah Sarikat Abang di Jambi 1916
21) Jejak H. A. Thaib Hanafiah, Pejuang Jambi
0 Komentar