![]() |
| Ruang baca cafe Terra Alamia |
Oleh: Jumardi Putra*
Di tengah arus informasi yang berdatangan tanpa henti,
hiruk-pikuk notifikasi di gawai, dan jadwal kerja yang padat, book café dapat
menjadi "zona persinggahan" yang sangat dibutuhkan banyak orang,
tidak terkecuali saya. Nah, di Kota Jambi, Café Terra Alamia boleh dikata salah
satu dari sedikit cafe yang mengusung konsep demikian. Setidaknya itulah yang
saya ketahui sejauh ini.
Saya sengaja mengunjungi Terra Alamia hari ini di Jalan
Jendral A. Thalib No. 14, Simpang IV Sipin, Telanaipura, Kota Jambi.
Sebelumnya, saya mendapat kabar dari seorang kawan perihal kafe ini menyediakan
ruang bacaan yang tenang, tidak hanya menghadirkan keheningan biasa, tetapi
juga kenyamanan yang mendukung produktivitas.
Meskipun tidak semua pengunjung di sini memilih
untuk membaca, walakin saya melihat beberapa di antaranya sengaja memanfaatkan
koleksi buku-buku yang disediakan. Kafe ini sangat cocok bagi mereka yang gemar
membaca, menulis, atau sekadar merenung tanpa gangguan, menjadikannya tempat
sempurna untuk rehat sejenak dari dunia yang berlari kencang.
Sebelum ramai pengunjung, saya sempat melihat langsung buku-buku terbitan tahun lama yang
tersedia di rak-rak buku di café ini. Umumnya didominasi oleh karya nonfiksi seputar ekonomi, politik, sejarah,
hukum, ekologi, antropologi, dan manajemen. Lebih dari seribu buku-buku di sini hemat saya karya bermutu dari penulis kenamaan baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, tersedia juga belasan jilid ensiklopedi Britannica, ensiklopedi Islam, dan ensiklopedi sejarah nasional. Ke depan, pemilik cafe ini perlu menambah deretan novel, cerita pendek dan puisi agar menambah segmen pengunjung yang menaruh minat pada karya fiksi.
![]() |
| Penulis mengisi waktu di Terra Alamia |
Kafe-kafe seperti ini bukan sekadar tempat nongkrong kekinian, melainkan oase baru bagi masyarakat perkotaan yang merindukan suasana tenang dan penuh inspirasi. Sejalan dengan itu, kini ruang baca memiliki fungsi lebih dari sekadar tempat membaca buku. Ruang-ruang demikian telah bertransformasi menjadi ruang multifungsi—mulai dari tempat berkumpulnya komunitas, mendiskusikan ide-ide segar, hingga menjadi tempat kerja yang nyaman (cozy spot).
Desain interior ruangan yang estetik, aroma kopi dan pelbagai menu pilihan lainnya yang menggoda, dan deretan buku-buku yang menggugah rasa penasaran, tempat ini bisa menjadi pilihan favorit bagi pelajar, mahasiswa, freelancer, hingga penulis yang membutuhkan jeda dari rutinitas harian. Benar saja, Baron dan Ihsan, pramusaji di kafe ini, membenarkan hal itu. Saya sendiri melihat langsung sebagian dari pengunjung cafe ini membaca buku, selain ada juga pelajar mengerjakan tugas sekolah.
Pada akhirnya, mengajak orang untuk gemar membaca mesti
dilakukan dengan cara-cara kekinian pula yaitu mendekatkan buku-buku pada cara
pandang dan gaya hidup generasi sekarang. Ringkasnya, kafe (book café)
adalah salah satu tempat yang tepat untuk mendekatkan buku-buku kepada generasi
sekarang. Tentu semua membutuhkan proses untuk sampai pada tahap masyarakat gemar membaca, apatahlagi
di tengah gempuran media sosial yang menjanjikan kecepatan dan budaya instan.
*Kota Jambi.
*Tulisan-tulisan saya lainnya berikut ini:
1) Festival Literasi: Dari Militansi ke Retrospeksi
2) Menyoal Duta Baca Provinsi Jambi, Kerja Apa?
3) Pengelana Buku Itu Tidak Pernah Pergi, Obituari Nirwan Arsuka
5) Meresensi Novel dan Menulis Ulang Cerita
6) Di Balik Panggung Pemilihan Bujang Gadis Jambi
7) Komunitas Epistemik dan Kosongnya Kampus Kita
9) Suatu Siang di Erasmus Huis
10) Merajut Asa di Ruang Belajar Prof H.A.R. Tilaar
11) Ngadem di Freedom Institute Library
(12) Arsip Daerah Jambi di ANRI
(13) Kerja Arsip Berdekatan dengan Kesepian
(14) Pers Jambi (Tanpa) Pusat Dokumentasi
(15) Ada Sesuatu di (dalam) Jogja
(16) Setengah Abad Arena: Perjalanan yang Tidak Mudah
(17) Selalu Ada yang Tersisa dari Jogja: Dari Sorowajan ke Mantijeron
(18) Asa di Jalan Kaliurang Km 12 Jogja
(19) Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang dan Angkringan
(20) Jogja yang Dirindukan, Jambi Tempat Berpulang



0 Komentar