Surat Terbuka Untuk Al Haris: Gubernur Jambi Terpilih

Gubernur Jambi

Oleh: Jumardi Putra*

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Al Haris yang terhormat,

Mengawali surat ini izinkan saya memanggil Bapak dengan sapaan Wo Haris, karena begitu bapak kerap disapa warga sehari-hari, dan saya merasa lebih pas dengan panggilan tersebut. Selain terasa dekat secara kultural, juga tampak egaliter.

Sengaja saya menuliskan surat ini untuk Wo Haris, meski saya tidak tahu pasti apakah sampai dan dibaca, lebih-lebih di tengah aktivitas bapak sebagai Bupati Merangin yang tidak lama lagi ditanggalkan dan menapaki anak tangga berikutnya sebagai orang nomor satu di Bumi Pucuk Jambi Sembilan Lurah.

Pertama kali saya mengucapkan selamat kepada Wo Haris bersama Kiai Abdullah Sani terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jambi masa jabatan 2021-2024. Rentang waktu yang tergolong singkat untuk menjemput perubahan yang fundamental di tengah persoalan provinsi Jambi yang begitu kompleks, tapi optimisme dan kerja yang terukur tetaplah menjadi penentu ke mana arah pembangunan Jambi kelak ditambatkan.

Terpilihnya Wo Haris, maka usai sudah kontestasi Pemilukada serentak di Bumi Pucuk Jambi Sembilan Lurah ini, yang sama-sama kita ketahui telah menguras tenaga, pikiran, dan tentu saja uang, lebih-lebih di tengah pagebluk corona yang belum sepenuhnya berakhir.

Bukan rahasia lagi. Ongkos politik di negeri ini berbiaya tinggi, dan sebagai warga biasa sukar bagi saya membayangkan dengan cara apa seorang calon kepala daerah yang memenangkan Pemilukada bisa terlepas dari lilitan hutang para pemodal yang demikian besar sedari awal, bila tanpa menyunat APBD dalam perjalanan kekuasaannya. 

Semoga kekhawatiran saya tidak terjadi pada Wo Haris sehingga APBD provinsi Jambi ke depan diperuntukkan sepenuhnya untuk mengejawantahkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana Seloko Jambi berbunyi, Musim elok ketiko baik, teluk tenang, rantau selesai, padi menjadi, ke ayek cemetik keno, ke darat jerat keno, ke balik rumah durian runtuh, naek ke rumah anak lah lahir, ke dapur lemang lah tejulur, rumput mudo kerbaunyo gepuk, aek jernih ikannyo jinak, apo yang dikehendak ado, apo yang dicinto apo buleh, bibir tesungging senyum para dara di bawo gelak, ilang lesung pipit di bawo gelak”.

Patut saya syukuri dalam Pemilukada serentak kali ini yaitu meski sedari awal diwarnai kegaduhan, penuh intrik, dan rebutan antar masing-masing kontestan untuk mendapatkan parahu partai politik agar bisa berlayar sampai ke tanah labuhan, yaitu merebut kepemimpinan tertinggi di provinsi Jambi, terpampang nyata dan bahkan menjadi tajuk utama di hampir semua koran lokal dan portal berita di Jambi, tetapi faktanya Pemilukada berhasil terlaksana secara damai hingga masa pencoblosan pada tanggal 9 Desember 2020 dan bahkan hingga Pemungutan Suara Ulang (PSU) tanggal 27 Mei 2021.

Para kontestan berlaga dengan jiwa besar. Riak-riak semasa kampanye merupakan dinamika yang tidak terelakkan sejauh tidak menimbulkan segregasi sosial dan berujung pada perselisihan hukum. Ketidakpuasan terhadap hasil Pemilukada telah pula disalurkan dengan cara yang tepat, yaitu melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan itu telah dicontohkan secara bertanggung jawab oleh pasangan Cek Endra dan Ratu Munawaroh. Puncaknya, baik yang menang maupun kalah sama-sama bersepakat menerima hasil pemungutan suara ulang dan sekaligus berkomitmen bahwa momen periodik seperti Pemilukada tidak boleh mengorbankan kepentingan utama yaitu percepatan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat.

Saat Wo Haris bersama Kiai Abdullah Sani diumumkan dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Jambi sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih provinsi Jambi periode 2021-2024 pada Senin, 14 Juni 2021, sekira pukul 13.34 WIB, saya berada di ruang tersebut. Ruang paripurna DPRD Provinsi Jambi tampak riuh oleh tamu undangan, sanak saudara serta tim sukses Wo Haris-Sani yang mungkin sengaja memilih datang jauh-jauh dari Kabupaten/Kota.   

Tim sukses Wo Haris-Sani tampak bersukacita. Tak kurang sejak dari melewati pintu utama gedung DPRD Provinsi Jambi hingga lantai dua, sampai ke dalam ruangan paripurna, dan berakhirnya rapat paripurna, mereka begitu antusias. Mereka sudah bekerja, dan pantas meluapkan kegembiraan. Kawan duduk di sebelah saya berseloroh, dalam luapan kegembiraan itu sesungguhnya tersimpan banyak kepentingan yang kelak dinegosiasikan kepada Wo Haris. Entah dalam wujud apa kepentingan tersebut menemukan muaranya. “No Free Lunch!”. Tidak ada makan siang gratis. Segala sesuatu ada ongkos atau konsekuensinya. Begitulah realitas politik.

Saya menyaksikan gestur tubuh Wo Haris bersama kiai Abdullah Sani selama mengikuti rapat paripurna DPRD Provinsi Jambi jauh dari kesan jumawa. Baik Wo Haris maupun Kiai Abdullah Sani tampak ramah dan berusaha menyapa sesiapa saja, tidak terkecuali anggota DPRD Provinsi Jambi. Sikap ramah tersebut mencirikan Wo Haris dan Kiai Sani, dan agaknya karena itu pula menjadi trademark di muka publik maupun nitizen di media sosial selama mengikuti rangkaian Pemilukada sebelum ini. Semoga keramahan Wo Haris dan Kiai Sani tidak berlaku sementara, tetapi begitulah seterusnya.

Meski beberapa dari tim sukses Wo Haris menyerukan kata “MANTAP” dengan suara lantang dan berulang-ulang di tengah jalannya rapat paripurna, kata yang publik ingat saat Wo Haris-Sani mengikuti serangkaian kampaye dalam Pemilukada beberapa waktu lalu itu, tidak lantas membuat Wo Haris terpancing merespon sehingga seisi ruangan tidak lagi riuh rendah.

Wo Haris, kita belum pernah bertemu secara langsung, dengan demikian niat saya menulis surat ini bukan bertujuan mencari muka, apalagi berharap mendapatkan “kue” kekuasaan. Surat ini sengaja saya buat sebagai warga provinsi Jambi dengan harapan kepemimpinan Wo Haris sebagai Gubernur Jambi tidak tersandera oleh kepentingan politik jangka pendek yang justru menjauhkan Wo Haris dari visi-misi yang telah dijanjikan kepada masyarakat.  

Sedari bersama, dalam situasi sekarang ini akan muncul orang-orang yang berkepentingan terhadap Wo Haris. Mungkin mereka itu adalah pejabat yang ingin menjadi kepala Dinas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kepala Badan maupun Biro, dan jabatan lain dalam lingkup pemerintah provinsi Jambi, mungkin juga para pengusaha yang antri berharap mendapatkan jatah proyek dari dana APBD maupun APBN, dan mungkin juga mereka yang merasa terlibat sungguh-sungguh memperjuangkan Wo Haris dalam masa kampanye sampai terpilih sebagai Gubernur sehingga ingin merasakan manisnya makna perjuangan dalam bentuk yang menjanjikan keuntungan secara material.

Pola demikian sudah bukan rahasia lagi, karena itu sebagai warga provinsi Jambi saya menaruh harapan besar kepada Wo Haris untuk mengawali kepemimpinannya di provinsi Jambi dengan cara yang benar dan tepat. Konsekuensinya adalah Wo Haris harus menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. Tidak cukup dengan itu, tetapi harus pula disertai pakta integritas sebagai pegangan untuk tetap patuh pada nilai-nilai profesionalisme, akuntabilitas dan transparan, serta sepenuhnya bekerja keras untuk kepentingan masyarakat.

Kepemimpinan Wo Haris-Sani ke depan akan dicatat dengan tintas emas bilamana mampu menjawab persoalan-persoalan krusial di provinsi Jambi, yaitu di antaranya meningkatkan pendapatan asli daerah di tengah ketergantungan APBD pada dana transfer pemerintah pusat, mewujudkan tata kelola pemerintahan (birokrasi) yang efektif, efisien, akuntabel, transfaran, dan yang tak kalah penting adalah melayani.

Selanjutnya, mengurusi penyelenggaraan pendidikan bermutu yang sejak peralihan kewenangan pengelolaan SMA/SMK dan pendidikan khusus dari Kabupaten/Kota ke Provinsi menjadi awut-awutan, dinamika industri yang bergerak lamban di tengah perizinan yang berbelit-belit serta terbukanya kran pungutan liar, melakukan reformasi menyeluruh terhadap BUMD yang diharapkan menjadi bagian integral dari upaya mewujudkan kemandirian ekonomi provinsi Jambi, bukan justru sebaliknya menjadi beban baru yang merongrong APBD Provinsi Jambi yang sangat terbatas di tengah persoalan yang menggunung, terlebih Covid-19 telah memporak porandakan sektor sosial, politik bahkan ekonomi.

Provinsi Jambi termasuk wilayah yang terdampak pandemi Covid-19 sehingga laju pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan kedua tahun 2020 yang sempat terkontraksi hingga 1,72 persen. Begitu juga dari 17 sektor lapangan usaha dalam PDRB Provinsi Jambi sektor transportasi dan penyediaan akomodasi merupakan dua sektor yang terdampak cukup parah akibat pandemi Covid-19. Laju pertumbuhan ekonomi transportasi mencapai -27,75 persen dan penyediaan akomodasi serta makan minum terkontraksi 18,18 persen. Sementara 7 sektor lain yang terdampak hingga pertumbuhan ekonominya negatif, antara lain jasa perusahaan, jasa lainnya, konstruksi, real estate, administrasi pemerintahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar dan eceran.

Belum lagi pekerjaan rumah menata lingkungan dan sumber daya alam. Jambi MANTAP di bawah kepemimpinan Wo Haris-Sani ke depan diharapkan tidak tumbuh di bawah komando pembangunan ekonomi yang mensakralkan kata “pertumbuhan” sehingga mengeksploitasi sumber daya alam, seperti menggali lebih banyak batu bara, menanam lebih luas kelapa sawit, karet atau mengisap lebih dalam minyak dan gas. Karena bila yang demikian itu terjadi akan memicu terjadinya bencana hidrometeorologi: banjir, tanah longsor, kekeringan, dan malapetaka lainnya bagi kehidupan anak cucuk kelak.

Wo Haris, surat ini saya tulis bukan bermaksud menggurui, karena saya tahu Wo Haris telah lama berkecimpung di dunia birokrasi pemerintah daerah, dan bahkan sebelum terpilih menjadi Gubernur, Wo Haris adalah Bupati dua periode di kabupaten Marangin (2013–2018 dan 2018–2023), sehingga sama-sama kita ketahui bahwa struktur APBD Provinsi Jambi masih sangat bergantung pada dana pemerintah pusat. 

Benar, bukan soal anti bantuan dana pusat, karena mustahil provinsi Jambi bisa melakukan percepatan pembangunan bila tanpa bantuan dana dari pemerintah pusat, tetapi ketergantungan yang demikian besar telah berefek pada ketidakmandirian dan kreativitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Cukup banyak sumber pendapatan APBD baru yang belum tergarap, sementara saat bersamaan, sumber-sumber pendapatan yang sudah ada juga belum sepenuhnya dioptimalkan.

Di tengah keterbatasan APBD Provinsi Jambi pula,  anggaran belanja daerah sebagian besar untuk membiayai gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) ketimbang untuk penguatan ekonomi kerakyatan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat dalam skala masif dan dalam jumlah yang besar serta mampu dirasakan efek posotif oleh masyarakat. 

Problem akut demikian itu jelas beragam penyebabnya, dan karena itu Wo Haris diharapkan mampu mengurainya dan berhasil meningkatkan sumber pendapatan APBD Provinsi Jambi melalui pikiran bernas sekaligus kerja-kerja cepat dan tepat dari mereka yang nantinya didapuk oleh Wo Haris sebagai lokomotif pendapatan asli daerah.

Wo Haris, harus saya sampaikan melalui surat ini, peristiwa Operasi Tangkap Tangan (OTT) “ketok palu” APBD Tahun 2017 dan 2018 oleh lembaga anti rasuah (KPK) menjadi pukulan telak bagi pemerintah provinsi Jambi. Selain telah memperburuk citra pemerintahan Jambi, juga membuat turunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja birokrasi pemerintah daerah. 

Akibat menjadi bulan-bulanan pemberitaan secara nasional perihal OTT oleh media cetak maupun online tersebut seolah menguatkan tidak ada sesuatu yang lebih berharga untuk diketahui publik selain praktik korupsi yang telah menyeret Gubernur Zumi Zola dan pejabat daerah lainnya ke bui. Potret buram demikian itu mengingatkan saya pada ucapan Mahatma Gandhi berikut ini, “Bumi telah mencukupi semua kebutuhan manusia, tapi tidak untuk keserakahan”.

Sebagai warga provinsi Jambi, tentu ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Saya berharap di bawah kepemimpinan Wo Haris hal demikian itu tidak terulang lagi, dan provinsi Jambi kelak dikenal luas di seantero nusantara melalui terobosan program pembangunan di segala sektor, baik pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan sumber daya alam, kualitas pendidikan dan munculnya inovasi, terbukanya lapangan pekerjaan, tumbuhnya kelompok ekonomi kreatif yang mampu menyanggah ekonomi daerah, serta pengelolaan pariwisata dan budaya secara sungguh-sungguh, yang terintegrasi antar wilayah dan bergerak dinamis tanpa harus tercerabut dari akar historis dan geo-kultur.

Memungkasi surat ini, saya ingin mengajak Wo Haris merefleksikan apa yang dikatakan oleh mendiang budayawan Radhar Panca Dahana berikut ini, “Wahai saudara-saudara pemegang kuasa dan kebijakan, jadilah juga penguasa kebajikan, jadi tuntunan dan acuan, jadi otoritas yang membanggakan, di mana pundak Anda sudah kami perkuat dengan seluruh sumber daya yang kami miliki, agar kami bisa bersandar saat kami butuh bimbingan dan semangat. Dan, di situlah saatnya kita bersama. Bekerja sama, tidak untuk kita saja, tapi juga untuk anak, cucu, buyut yang lahir dari rahim kebangsaan kita”.

Demikian surat ini saya buat untuk Gubernur Jambi terpilih yaitu Wo Haris. Terima kasih bila surat ini benar-benar sampai kepada Bapak dan dibaca dengan pikiran yang jernih serta hati yang lapang. Di atas itu semua, saya mendoakan agar Wo Haris bersama Kiai Abdullah Sani senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan karenaNya pula konsisten bekerja cerdas dan tangkas mewujudkan visi-misi Jambi MANTAP yang telah digariskan, sekalipun saya menyadari kepentingan politik acapkali berkata sebaliknya.

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

*Tulisan ini terbit pertama kali di portal: www.jamberita.com pada Rabu, 16 Juni 2021. 

Tulisan saya lainnya berikut ini:

(1) Setahun Jambi Mantap Al Haris-Sani: Sebuah Timbangan

(2) Dua Tahun Jambi Mantap Al Haris-Sani: Sebuah Timbangan

(3) Covid-19 dan Realisasi Jambi Mantap: Surat Terbuka Untuk Gubernur Jambi

(4) Surat Terbuka Untuk Wakil Gubernur Jambi

(5) Mengantar Al Haris-Sani Ke Pintu Gerbang

(6) Meneroka Kode Keras KPK

(7) Menguji Kebijakan Anti Korupsi Al Haris-Sani

0 Komentar