Suatu Siang di Telanaipura, di Penghujung Agustus yang Mencekam

Bangkai Mobil dibakar demonstran di Gedung DPRD Provinsi Jambi. Dok Penulis


Oleh: Jumardi Putra*

Revolusi, revolusi, dan revolusi. Gemuruh suara itu datang dari para demonstran bertagar aksi melawan, bersamaan dengan bebatuan dan potongan kayu beragam ukuran, beterbangan melesat mengenai dinding dan kaca-kaca jendela gedung DPRD Provinsi Jambi, dan bahkan beberapa aparat kepolisian mengalami luka di kepala dan wajah terkena lemparan batu, entah dari siapa tepatnya batu itu berasal. Api berkobar disertai dentuman besar datang dari sebuah mobil plat merah yang dibakar demonstran. Beberapa kendaraan lain di dekatnya yang terparkir tak luput dari lemparan batu. Kaca lobi gedung hancur berkeping-keping, menyusul beberapa peralatan kantor dan ruang kerja hancur berantakan. Pun pagar besi kantor plus pagar sepinggang orang dewasa di sepanjang relief sejarah perjuangan rakyat Jambi di masa lampau dirusak lantas dijarah. Kerumunan massa terus bergerak, tak sepenuhnya dikenali secara mudah identitas muasalnya. Berkali-kali gas air mata dilepaskan, sepanjang itu pula kerumunan massa tercerai berai, lalu berhenti sejenak, dan berselang tidak lama kemudian massa kembali bergerak. Baliho Gubernur Jambi dan Wakil Gubernur Jambi berukuran jumbo menghadap kantor Gubernur pun dibakar massa. Beberapa kali terjadi mediasi antara pihak kepolisian dengan massa demonstran, tapi tak kunjung lerai. Suara-suara terus berdatangan dari segala penjuru wilayah sekitar Gedung DPRD Provinsi Jambi, menjadikannya bising dan makin sulit diartikulasi.

 

Demikian itu bermula pada hari Jumat, sekira pukul 13.55 WIB, di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Telanaipura, tepatnya di gedung DPRD Provinsi Jambi, tak jauh dari komplek perkantoran Gubernur Jambi. Aparat kepolisian yang sepenuhnya belum siap tergopoh-gopoh menghadapi bebatuan yang beterbangan dari arah gerbang utama pintu masuk komplek Kantor Gubernur Jambi hingga mengenai dinding dan kaca berukuran jumbo di sisi kiri lobi gedung sehingga jatuh berkeping-keping. Diikuti beberapa kendaraan pengangkut personil polisi menjauhi pekarangan gedung kantor. Polisi tampak mulai siaga, tapi belum mengambil tindakan yang berarti. Suasana di dalam gedung tidak kalah riuh, pegawai Sekretariat DPRD Provinsi Jambi berlarian meninggalkan kantor lewat belakang untuk menyelamatkan diri.

Suara kerumunan demonstran yang semula sayup-sayup terdengar dari kejauhan mulai terdengar lantang bersamaan mereka memasuki pekarangan gedung wakil rakyat dari arah pintu masuk dekat patung Angso Duo menuju pintu utama gedung DPRD sembari menyuarakan pelbagai kritik seraya tuntutan kepada pemerintah, DPRD dan reformasi institusi Polri, tidak terkecuali gema kata-kata revolusi, tak henti-henti. Selebihnya tuntutan massa merespon imbas demontrasi di Jakarta yang berujung ricuh dan menelan korban pengendara ojek online yaitu Affan Kurniawan, malam sebelumnya (Kamis, 28/8).

Unjuk rasa pun menjalar, bergerak serentak di beberapa kota besar di tanah air, tidak tekecuali di Kota Jambi (Jumat, 29/8).

Demonstrasi di Gedung DPRD Provinsi Jambi (29/8). Dok. Penulis
***

Aliansi masyarakat sipil seperti kalangan driver ojek online dan mahasiswa Jambi lintas kampus, bercampur dengan individu-individu masyarakat lainnya yang sulit dikenali identitasnya karena tidak memakai jas almamater kampus, seperti gerombolan remaja tanggung berpakaian bebas, yang terus mendekati pintu utama Gedung DPRD Provinsi Jambi. Situasi mulai tidak terkendali, para demonstran terus merangsek untuk menduduki gedung DPRD Provinsi Jambi, lebih tepatnya menduduki Ruang Paripurna, forum tertinggi pengambilan keputusan di institusi wakil rakyat tersebut. Nyatanya gagal.

Sekira pukul 14.30 WIB, Polisi belum juga mengambil tindakan yang berarti, kecuali mengamati dari dekat gerakan para demonstran yang memaksa memasuki gedung yang didirikan pertama kali oleh Gubernur Jambi Djamaluddin Tambunan di tahun 1974 hingga berlanjut pengembangannya dan renovasi total pada masa Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin dalam tiga tahap, mulai tahun 2000 sampai 2004, itu. Di dalam gedung itu sudah ada polisi yang ikut mengamankan.

Sebenarnya, Pimpinan DPRD Provinsi Jambi sudah menunggu di kantor untuk menerima para demonstran, sesuai informasi yang diterima sehari sebelumnya yaitu akan ada unjuk rasa dari Aliansi Masyarakat Sipil dan Mahasiswa Jambi Melawan, pada 29 Agustus 2025, pukul 13.00 WIB di Gedung DPRD Provinsi Jambi. Pada poster seruan aksi berwarna merah dan bertagar #tolakbayarpajak dan #bubarkandpr itu berjejer logo kampus-kampus yang tersebar di Kota Jambi yaitu Universitas Jambi (UNJA), UIN STS Jambi, Universitas Batanghari (UNBARI), Universitas Nurdin Hamzah (UNH), Universitas Muhammadiyah Jambi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STITEKNAS) Jambi, Universitas Dinamika Bangsa Jambi, Universitas Adiwangsa Jambi (UNAJA), Politeknik kesehatan Jambi (Poltekkes), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perkumpulan Baiturrahim (STIKBA) Jambi. Itu artinya, keseluruhannya merupakan civitas akademika perguruan tinggi di Jambi. Sebagai benteng moral-intelektual, aksi tersebut bagian dari tanggungjawab sosial mereka sebagai agen perubahan.

Sejurus hal itu, galibnya menghadapi demonstrasi dari pelbagai komponen masyarakat, termasuk organisasi mahasiswa lintas kampus, Pimpinan DPRD Provinsi Jambi dengan tangan terbuka menyambut dan mendiskusi hal-hal apa saja yang harus diperjuangkan, tidak terkecuali menerima autokritik bagi lembaga wakil rakyat Provinsi Jambi sendiri.

Poster Unjuk Rasa

Hal itu saya ketahui sedari pukul 13.25 WIB saat dihubungi Pak Noki Hidayat, Kepala Bagian (Kabag) Persidangan SETWAN DPRD Provinsi Jambi, agar saya segera ke kantor untuk bersiap-siap membersamai Pimpinan DPRD Provinsi Jambi menerima audiensi para pengunjuk rasa. Usai beberes di rumah, saya pun tancap gas menuju kantor memakai motor. Suasana sepanjang jalan dari arah Beliung ke Telanaipura lancar, tidak ada tanda-tanda yang menghambat aktivitas publik di hari itu. Walakin, terpantau oleh saya mulai dari gedung Universitas Jambi di Telanai dan kawasan sekitarnya ramai kendaraan roda dua terparkir milik mahasiswa yang akan berunjuk rasa.

Benar saja, sesampai di kantor pukul 13.45 WIB, Sekretaris DPRD Provinsi Jambi, Kabag Persidangan beserta staf Kasubag Produk Hukum sudah bersiap-siap di depan ruang Ketua DPRD Provinsi Jambi. Sementara di lantai dasar bagian dalam gedung para polisi masih tampak santai, meski sebagiannya lagi bersiap-siap mengawal jalannya unjuk rasa. Begitu juga sebagian polisi di luar gedung mulai berjaga-jaga di beberapa sisi gedung, dilengkapi kendaraan seperti mobil medis, kendaraan taktis meriam air (Water Cannon), kendaraan patroli dan mobil pengangkut personil polisi. Tidak terlihat pagar beton dan barikade, mungkin karena tidak terpikirkan bila aksi unjuk rasa berakhir ricuh seperti yang terjadi. Saya tidak mengerti bagaimana kerja intel kepolisian sebelum unjuk rasa berlangsung, padahal informasi berantai seputar gerakan ini sudah beredar luas di pelbagai kanal media sosial hingga masuk ke bilik-bilik perpesanan pribadi seperti WhatsApp, lengkap dengan ancaman sehingga berpotensi ricuh.

Sejauh itu, suasana kantor DPRD Provinsi Jambi masih terbilang normal. Para demonstran mulai ramai di sepanjang jalan Jenderal Ahmad Yani hingga berkumpul di depan gerbang utama komplek kantor Gubernur Jambi, setelah sebelumnya titik kumpul demonstran bermula dari perempatan Bank Indonesia Perwakilan Jambi dan Bank Jambi. Lantaran belum ada informasi terkait audiensi para demonstran dengan Pimpinan DPRD Provinsi Jambi, saya pun melangkah menuju Ruang Badan Anggaran (BANGGAR) DPRD Provinsi Jambi, karena dijadwalkan siang itu rapat finalisasi RAN Perubahan KUA dan Perubahan PPAS APBD TA 2025 yang telah berlangsung sedari 7 Agustus 2025 mulai dari tahapan pembahasan di Komisi-Komisi, lalu berlanjut ke Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi bersama TAPD Provinsi Jambi.

Tetiba sekitar pukul 14.35 WIB, sebagian pegawai Setwan DPRD berlarian dari arah ruang Pimpinan DPRD melewati ruang BANGGAR sembari berseru agar kami yang ada di ruang tersebut segera meninggalkan kantor, karena situasi demontrasi di depan pintu masuk gedung DPRD Provinsi Jambi sudah tidak kondusif. Saya dan beberapa sejawat kantor dan beberapa Anggota DPRD lainnya segera meninggalkan ruang Banggar, yang terletak di bagian belakang dari gedung DPRD Provinsi Jambi. Benar saja, seluruh pegawai dan beberapa anggota Banggar DPRD Provinsi Jambi mulai meninggalkan laman parkir kantor bagian belakang. Saya sendiri bergegas menuju parkiran bagian dalam di dekat ruang TU, mengambil motor lalu menuju halaman depan kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jambi, hanya berjarak sepelembaran batu dengan Gedung DPRD Provinsi Jambi. Motor saya tinggalkan di situ, lalu menuju pusat gerakan demonstrasi. Tepat di depan gedung BAPPEDA para pedagang kecil mulai berdatangan dan menjajaki dagangannya. Faktanya sebagian demonstran dan mereka yang sekadar ingin melihat demonstrasi membeli air botol minuman mineral atau pun jenis minuman dingin lainnya di tengah siang terik. Tak terlihat kekhawatiran sama sekali dari para pedagang, dan bahkan beberapa dari mereka menjajaki minuman dingin ke arah pusat demonstrasi.

Saya pun mendekati kerumunan demonstran, melihat dari dekat usaha mereka memasuki gedung DPRD Provinsi Jambi. Di sekitar saya berdiri sudah banyak orang lain seperti jurnalis cetak maupun tivi lokal Jambi dan pihak polisi bertebaran di sana-sini. Seruan revolusi berulang kali terdengar datang dari arah kelompok demonstran. Saat yang sama, tampak dua orang individu, saya tidak tahu mahasiswa atau bukan yang bersangkutan, mereka menaiki dua sisi kanan-kiri pintu teralis besi berusaha melepaskan CC TV yang ada di atas pintu utama gedung. Kala itu, polisi masih terlihat berjaga di sekitar para demonstran. Belum ada tindakan berarti yang dilakukan. Posisi polisi pun tidak sebagaimana galibnya mengawal demonstrasi di gedung ini sebelum-sebelumnya. Tidak ada sama sekali barisan pihak pengaman di depan pintu utama gedung DPRD, kecuali tumpukan massa demonstran yang tidak terkendali.

Kondisi Gedung DPRD Provinsi Jambi rusak oleh demonstran (29/8)

Tersebab gagal menerobos pintu utama gedung, sekira pukul 15.10an WIB, para demonstran beralih menyusuri sisi kiri merangsek ke pintu sebelah ruang Badan Musyawarh DPRD Provinsi Jambi dan akhirnya jebol. Demonstran pun berhasil memasuki gedung dan merusak peralatan kantor yang ada di ruang Badan Musyawarah (bukan Ruang Paripurna). Saat bersamaan, pintu kaca ruang Tenaga Ahli/Kelompok Pakar DPRD, ruang perpustakaan, ruang kerja Fraksi PPP dan Banmus dilempari batu dan kayu. 

Melihat massa yang tidak terkendali, mulailah pasukan Brimob dan Polisi berpakaian pengamanan lengkap bergerak menghalau massa demonstran dari Gedung DPRD Provinsi Jambi ke lapangan kantor Gubernur Jambi menggunakan mobil Water Cannon. Meriam air bertekanan tinggi itu berhasil memaksa massa demonstran sehingga mereka berlarian-berpencar menghindari semprotan air itu. Begitu juga saat datang tembakan gas air mata dari aparat keamanaan berseragam Brimob. Berselang tidak lama kemudian, massa kembali datang melemparkan batu dan kayu sehingga mengakibatkan beberapa polisi terluka di bagian kepala dan wajah. Mobil ambulans/medis milik kepolisian bolak-balik membawa aparat yang terluka untuk segera ditangani. Kendati antara aparat keamanan dan demonstran saling berhadap-hadapan, lemparan batu dan kayu tak kunjung berhenti.

Saya sendiri, kendati berjarak dengan demonstran yang tengah berhadap-hadapan dengan aparat kepolisian, ikut terkena rasa panas di wajah akibat gas air mata yang bergerak cepat mengikuti arah angin. Pedih, memang. Tak syak, saya meminta pasta gigi dari salah seorang jurnalis TV lokal Jambi, lalu saya oleskan di bagian atas dan bawah kedua mata. Barulah wajah terasa dingin yang tadinya seperti kulit terbakar.

Terdengar oleh saya salah seorang polisi berpakaian lengkap pengaman mengeluh ke sekitarnya sembari merebahkan sekujur badannya di sisi kanan pelataran depan gedung DPRD Provinsi Jambi. Ia mengamini bila berada dalam situasi dilematis. Situasi di Jakarta mutakhir (merujuk meninggalnya Affan Kurniawan akibat dilindas kendaraan rantis berjenis Barracuda milik Brimob), membuat mereka sangat berhati-hati mengambil tindakan untuk menghentikan gerakan demonstran. Kendati mereka lelah dan tentu saja menyimpan marah, tapi terperangkap dalam kondisi serba salah. Begitu kira-kira keluhan sang polisi, yang saya lupa mencatat nama yang bersangkutan.

Azan shalat Asyar berkumandang. Demonstrasi ikut berhenti sejenak. Itu menjadi kesempatan bagi aparat keamanaan istirahat, kembali mengumpulkan kekuatan sekaligus kekompakan. Terdengar oleh saya yel-yel penyemangat antar sesama pasukan Brimob yang terus digelorakan Tidak lama berselang kemudian, aksi kembali berulang, bebatuan masih terus berdatangan ke arah mereka.

Situasi belum sepenuhnya terkendali. Polisi dan massa demonstran berkali-kali saling dorong. Berkali-kali pula gas air mata diarahkan ke massa demonstran. Bahkan, sekalipun massa demontran didesak keluar dari pekarangan gedung DPRD Provinsi Jambi, massa belum menghentikan aksi pelemparan batu ke arah aparat kemananan. Beberapa Brimob dilengkapi motor pun mengejar para demonstran yang mulai berlarian hingga keluar komplek kantor Gubernur Jambi, terutama berlarian di sepanjang jalan Jenderal Ahmad Yani, Telanaipura. Dalam situasi itu, sekira pukul 16.15an WIB, beberapa demonstran berhasil menjebol sebagian pagar di dekat video tron milik DPRD Provinsi Jambi, sehingga membakar sebuah mobil dinas merk Innova berplat 1346 produksi tahun 2012/2013. Begitu juga videotron di dekatnya tak luput dari amuk massa. Kebih kurang setengah jam kemudian barulah petugas damkar datang mematikan si jago merah yang menghanguskan kendaraan dinas tersebut. 

Saat bersamaan, di kanal-kanal media sosial, tersiar kabar demonstrasi di daerah-daerah lain di tanah air juga berakhir ricuh, bahkan lebih parah ditandai dengan pembakaran beberapa Gedung DPRD oleh massa.

Aksi anarkis di gedung DPRD Provinsi Jambi. Sumber foto: inews.id

Waktu terus menggelinding. Jarum jam menunjukkan pukul 16.55 WIB. Dalam situasi itu, beberapa Satpam gedung DPRD Provinsi Jambi, dikawal oleh kepolisian mengamankan beberapa kendaraan dinas untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Saya bersama Ahmad Ramadhan, Kabag Persidangan dan Kabag Humas SETWAN DPRD melihat langsung kondisi mobil-mobil dinas tadi itu sebelum dipindahkan, karena situasinya rawan dirusak, karena tidak jauh dari mobil yang sudah dibakar sebelumnya. Dari kejauhan, suara-suara dari massa demonstran yang sudah mulai terurai masih terdengar menyampaikan ketidakpuasan atas sikap aparat kepolisian.

Saya juga sempat menyaksikan mediasi antar kelompok demonstran dengan pihak kepolisian, yang dipimpin oleh Kapolresta Jambi, tetapi nyatanya aksi tak kunjung mereda. Perwakilan demonstran meminta kepada polisi untuk segera melepaskan sejawatnya yang ditahan sepanjang demonstrasi berlangsung. Saat yang sama, lantunan Ayat-ayat alQuran yang bersumber dari langgar DPRD Provinsi Jambi terus mengudara.

Jarum jam menunjukkan angka 17.10 WIB, saya pun memilih pulang ke rumah. Di sepanjang jalan itulah, kendati terheran-heran melihat situasi pengamanan sedari siang di gedung wakil rakyat Jambi itu, terbesit di pikiran saya:

Negeri ini sangat besar. Sangat membahayakan bila memuncak krisis kepercayaan rakyat kepada mereka yang diamanatkan mengemban jabatan, pada level apapun. Dalam situasi serba rusuh, apatahlagi didukung oleh algoritma amarah dibaluti kebencian di pelbagai kanal media sosial, maka akan banyak tumpangan kepentingan yang datang terlibat, sekalipun kepentingan itu bisa jadi bertolak belakang dari kehendak rakyat itu sendiri. Dalam situasi ini, jika bukan kepada Presiden, lalu kepada siapa lagi harapan rakyat ditambatkan. Masing-masing kita perlu berbenah sedari sekarang, intropkesi diri secara sungguh-sungguh. Terutama bagi para elit politik dan pengambil kebijakan di negeri ini mulai dari level paling bawah hingga puncak. Sulit menyangkal bahwa memang ada yang keliru dalam mengelola republik ini.

 

*Kota Jambi, 3 September 2025.

0 Komentar